KOMPAS.com - Trotoar di Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH. Thamrin yang diperluas pada 2017-2018 merupakan percontohan untuk program revitalisasi jalur pedestrian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Jalur pedestrian tersebut didesain ramah bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas.
Namun, bukan hanya para pejalan kaki yang menikmati jalur pedestrian semakin lega, komunitas lari juga merasakan manfaatnya. Hal ini dibenarkan Agung Adi Nugroho (48).
Pegiat olahraga lari dari Gonzaga Runners ini sangat mengapresiasi jalur pedestrian yang semakin luas, bersih dan permukaan rata. Dengan kondisi seperti itu, trotoar pun kini otomatis bisa menjadi trek alternatif buat pelari.
“Sebelum Asian Games 2018 tu, jalur pedestrian belum sebagus ini. Permukaan trotoar tidak rata dan banyak lubang, sampai-sampai ada rekan saya yang cidera karena lubang itu tidak kelihatan,” ujar Agung yang merupakan warga Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2019).
Baca juga: Revitalisasi Jalur Pedestrian DKI Manjakan Pejalan Kaki
Saat ini, kata dia, kondisi jalur pedestrian dinilainya sudah sangat baik. Trotoar selalu disapu, disiram air, bahkan disikat pada pagi hari. Lampu jalanan, pohon-pohonan, kursi, dan tempat sampah juga cukup tersedia di trotoar.
Hal ini penting karena rata-rata pelari akan mencari tempat sampah untuk membuang kemasan air minum. Bahkan di sekitar kawasan FX Sudirman ia pernah melihat polisi bersepeda yang memastikan keamanan pejalan kaki.
Menurut Agung, pada dasarnya pelari bisa lari di mana dan kapan saja. Entah saat Car Free Day (CFD), di stadion seperti Gelora Bunga Karno (GBK), Gelanggang Olahraga (GOR) Sumantri Brojonegoro, atau GOR Rawamangun baik pagi atau malam hari.
Namun, pada Selasa, Rabu, dan Kamis mereka umumnya menghindari GBK yang kepadatan pengunjungnya mencapai puncak. Sebagai alternatif, mereka lebih memilih lari di jalur pedestrian di Jalan Sudirman.
Baca juga: Pengamat Menilai Akses Pedestrian ke MRT Jakarta Masih Berantakan
“Pada hari biasa, jalur pedestrian justru aman buat lari. Mereka yang rumahnya di Tangerang atau Depok, daripada pulang kantor kena macet, mending lari dulu,” kata dia.
“Atau dari kantor mereka naik MRT ke GBK, lalu lari di sana atau di pedestrian. Jadi, tidak perlu menunggu CFD untuk bisa lari, karena saat menghadapi marathon mereka harus rutin latihan lari,” kata Agung, yang bersiap mengikuti Jakarta Marathon esok Minggu (27/10/2019).
Warga di wilayah lain tentu tak perlu merasa dianaktirikan dengan adanya perbaikan trotoar di pusat Jakarta. Pasalnya, revitalisasi jalur pedestrian tidak hanya berpusat di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin.
Revitalisasi trotoar tahun ini diperluas ke lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta. Dalam siaran persnya, Pemprov DKI Jakarta menyatakan ada 51 lokasi di Jalan Jakarta yang trotoarnya direvitalisasi dengan total anggaran Rp 327 miliar.
Beberapa jalan itu antara lain adalah Jalan KH. Wahid Hasyim (Jakarta Pusat), Jalan Sisingamangaraja hingga Jalan Fatmawati (Jakarta Selatan), Kawasan Velodrome (Jakarta Timur), Jalan Daan Mogot (Jakarta Barat), Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Pluit Selatan Raya (Jakarta Utara).
Hingga akhir tahun 2019, setidaknya, terdapat 12 titik lokasi trotoar yang telah dan sedang direvitalisasi, yakni trotoar di Jalan Dr Satrio, Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Matraman Raya, dan Jalan Pangeran Diponegoro, dan Jalan Kramat Raya.