JAKARTA, KOMPAS.com - Kusni Kasdut dikenal sering meloloskan diri dari penjara. Ia berulang kali bebas dari tahanan baik pada masa ia sebagai pejuang maupun saat namanya dikenal sebagai penjahat.
Aksi pertama Kusni lolos dari tahanan ialah ketika ia bergabung dengan Brigade Teratai dan berangkat sendiri ke Malang untuk mencuri senjata, peluru, dan obat-obatan di Van Mook.
Seperti dikutip dalam buku Kusni Kasdut karya wartawan senior Harian Kompas Parakitri Simbolon, sebelum melancarkan aksinya, Kusni menghubungi dua temannya yang bergabung di TRIP yakni Jiwo dan Sunardi
Di TRIP ia bertemu Frankie dan Linda yang berwajah Indo. Kedua orang ini diarahkan Kusni menjadi mata-mata Belanda. Trip juga mengerahkan puluhan anak-anak dari badan mata-mata.
Seluruh mata-mata itu membawa barang dengan mudahnya keluar Malang dengan cara mereka masing-masing.
Kusni menggabungkan diri. Setelah mencukur kumis, dan menggunakan pakaian anak-anak, Kusni ikut bergabung dalam operasi itu.
Ia mengawasi toko kecil di Jalan Kawi sementara rombongan penyamar pertama memasukinya mengambil buntalan peluru serta obat-obatan.
Rombongan kedua juga berhasil. Saat ia mengikuti rombongan ketiga, pasukan Belanda mengurung tempat itu. Rombongan ketiga disuruh Kusni pergi tanpa membawa barang. Ia juga mencoba lari tapi tertangkap jua.
Kusni diinterogasi, awalnya hanya berupa pertanyaan-pertanyaan tapi Kusni enggan menjawab dengan jujur.
Akhirnya, ia dibawa ke suatu kamar di mana terpancang dua bilah lempeng logam setinggi orang berdiri. Antara keduanya ada ruang yang muat untuk seseorang berdiri.
Kusni diikat di lempengan tersebut. Ia kembali ditanyai, setiap kali tidak menjawab ia dihajar oleh Belanda. Tak sekalipun Kusni menjawab, hasilnya ia babak belur.
Setelah semua siksaan itu akhirnya Kusni dikurung di sebuah ruangan dekat kandang ular. Di sana sudah banyak tahanan lainnya. Kusni beristirahat memulihkan tenaga.
"Kita harus lari! Harus bisa dobrak pintu!" kata Kusni kepada orang-orang dalam kurungan itu setelah tenaganya sudah terisi penuh.
Tapi tahanan lain merasa ragu dengan rencana Kusni. Mereka hanya membantu menyelundupkan alat-alat makan lalu menatap Kusni mengulik pintu dengan perasaan ragu.
"Sepuluh tahun tidak cukup lama bung," kata salah seorang tahanan tersebut kepada Kusni.