Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DP3P2KB Kota Tangerang Sebut Perundungan di Sekolah Berawal dari Keluarga Tak Harmonis

Kompas.com - 28/11/2019, 16:46 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3P2KB) Kota Tangerang Heryanto mengatakan, perundungan seringkali terjadi dari anak yang hidup di tengah-tengah keluarga tak harmonis.

"(Kekerasan di Sekolah) rentan terjadi biasanya mengacu pada orangtua dan keluarga," ujar dia saat ditemui Kompas.com di Gedung Cisadane Kota Tangerang, Kamis (28/11/2019).

Heryanto mengatakan, keluarga yang sudah tidak harmonis lagi akan mempengaruhi cara berpikir anak-anak di sekolah. Alasannya, lanjut dia, anak dengan keluarga tak harmonis juga mengalami tindak kekerasan di rumahnya.

Baca juga: KPAD Kota Bekasi Dorong Sekolah Tidak Keluarkan Pelaku Perundungan

"Orangtua lakukan kekerasan kepada anaknya, (atau sebaliknya) kepada orangtuanya," kata dia.

Sedangkan di lingkungan sekolah, Heryanto mengatakan, guru harus berperan aktif untuk mengetahui keinginan anak didiknya.

Guru, lanjut dia, tidak boleh cepat memberikan justifikasi kepada anak dengan kepribadian aktif dengan kata nakal.

"Kadang kala anak berkehendak begini (lain dari guru) dianggap nakal, padahal banyak hal-hal lain yang harus dipelajari (anak didik). Itu yang ingin kami ketengahkan dalam hal-hal (kekerasan di sekolah) seperti ini," kata dia.

Selain itu, lanjut Heryanto, guru harus bisa memahami jiwa anak didiknya sendiri. Guru harus menyelami dan mempelajari kepribadian setiap murid dan mengarahkan ke hal yang lebih baik.

Baca juga: Kasus Perundungan Dominasi Kekerasan terhadap Anak di Sektor Pendidikan

"Bahasa lainnya bisa mendeteksi anak lah," jelas dia.

Heryanto juga mengatakan, DP3P2KB sebagai dinas yang dia pimpin siap untuk memberikan pendampingan dalam mendeteksi kepribadian anak didik agar tak terjadi kekerasan di lingkungan sekolah.

"Kalau memang merasa kurang dalam mendeteksi, kita punya rumah konsultasi. Jadi kita bersama-sama dengan guru, silakan ke kantor kami," ujar dia mengakhiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com