TANGERANG, KOMPAS.com - "Naik aja mas, enggak apa. Paling kalau jatuh, ya nyemplung ke air," kata Ali, salah satu pimpinan regu pembersih sungai Cisadane Dinas PUPR Kota Tangerang pada saya, reporter Kompas.com yang mengikuti mereka menyisir sungai.
Saya ragu, kalau-kalau perahu yang terbuat dari bahan logam ini licin dan terpeleset jatuh ke sungai Cisadane.
Bukan soal takut basah, pagi itu Senin (2/12/2019) juga baru ditemukan jasad manusia tak bernyawa yang katanya meninggal karena terseret derasnya arus Cisadane di musim hujan.
Saya tak mau menjadi mayat kedua yang ditemukan hari itu.
Namun, tak ada salahnya mencoba.
Saya pun melepas sepatu, dengan hati-hati ikut naik di regu pak Ali, bersama Melos dan Ibrahim.
Sekitar pukul 09.00 WIB, kami menyusuri sungai Cisadane dari Jembatan Merah di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Tangerang menuju jembatan Jalan Raya Merdeka.
Di sepanjang jalan, saya bertanya tentang legenda buaya putih yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai penolong orang-orang yang tenggelam.
Pak Ali sambil meminjamkan topinya pada saya, memperingatkan agar tak berbincang hal-hal gaib dan mistis di tengah sungai.
Bukan soal benar tidaknya, tapi khawatir jika buaya putih yang dibicarakan benar-benar muncul.
"Dulu itu, tapi jangan dibicarakan, kita sedang di tengah sungai," kata dia.
Berselang beberapa menit, pak Ali justru yang memulai berbicara soal buaya putih.
Sambil mengais sampah-sampah yang tersangkut di pilar-pilar penyangga jembatan, Ali berkisah tentang buaya yang begitu baik hati.
Baca juga: Ketika Petugas Tak Takut Lagi Melihat Mayat yang Hanyut di Sungai Cisadane
Tidak hanya kerap menolong warga sekitar. Konon buaya putih tersebut juga yang menggiring ikan-ikan ke arah warga yang sedang memancing di bantaran sungai.
Itulah sebabnya, saat ini, buaya putih diabadikan dalam salah satu mural di Kampung Bekelir, salah satu kampung wisata di Kota Tangerang dengan cat warna-warni.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.