Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Tawuran Dianggap Hiburan, Kak Seto Minta Gelanggang Remaja Diaktifkan

Kompas.com - 04/12/2019, 20:58 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto mengatakan, tawuran maut yang terjadi di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara dipicu letupan emosi anak-anak yang tidak tersalurkan.

Oleh karena itu, menurut dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara perlu segera mengaktifkan kembali gelanggang remaja.

"Dulu ada namanya gelanggang remaja, youth center. Mereka ingin main bola, teater, band, nyanyi. Nah itu (sekarang) enggak ada. Akhirnya teriak di jalan. Yang biasanya smash, smash nya pakai celurit," kata Kak Seto di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019).

Kak Seto melanjutkan, Pemkot harus berkaca pada zaman DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin, di mana gelanggang remaja berperan aktif kala itu.

Baca juga: Tawuran Maut di Sunter Jaya Dianggap Hiburan, Kak Seto Sorot Kurikulum

Gelanggang remaja sejatinya memfasilitasi pelatihan dan kompetisi rutin kegiatan-kegiatan seni budaya dan olahraga. Sehingga anak-anak dapat menyalurkan minat dan bakat mereka kearah yang positif.

Sementara, saat ini anak-anak justru sangat dibebani oleh kegiatan sekolah yang terfokus pada nilai akademik.

"Apalagi suasana belajarnya kadang-kadang udah dari pagi sampai sore, masih ada les ada ini dan sebagainya. Jadi hak anak tidak tersalurkan dengan cara-cara yang lebih manusiawi," ucap Kak Seto.

Sebelumnya sebuah tawuran terjadi di Jalan Sunter Kangkungan, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Minggu (24/11/2019) berakhir pada tewasnya seorang pria bernama Herly Santoso (24).

Baca juga: Kak Seto: Nilai Matematika Saya Paling Tinggi 4, Alhamdulillah Masih Hidup

Setelah ditelusuri, polisi menetapkan lima tersangka, dua diantaranya anak dibawah umur MFAP (16) dan MFF (14) yang diduga membacok Herly hingga tewas.

Tawuran itu berawal dari percakapan di grup WhatsApp. Polisi lantas menemukan bahwa tawuran yang mereka lakukan bukan karena saling benci, melainkan hiburan malam minggu.

"Yang menarik dalam pengungkapan kasus ini bahwa kami menemukan fakta di dalam grup WA mereka bahwa mereka mengatakan bahwa tawuran ini sebagai hiburan," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto di kantornya, Selasa (26/11/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com