DEPOK, KOMPAS.com - Awan mendung menyelimuti Kota Depok dan riuk suara gemuruh petir sesekali terdengar pertanda hujan akan turun lagi dengan deras.
Wewangian tanah sehabis hujan pun masih terasa sepanjang perjalanan menuju Kecamatan Beji, Kota Depok.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, sampailah pada sebuah bangunan tempat percetakan yang bernama Komunitas Bambu yang terletak di Jalan Taufiqurahman, Beji Depok.
Bangunan tersebut merupakan kediaman Sejarawan bernama JJ Rizal.
Ditemani dengan segelas teh hangat yang melengkapi suasana dingin di sore itu, dia pun mulai bercerita mengenai asal usul Kota Depok yang dikenal dengan sebutan Kota Belimbing.
Kata dia, julukan itu bukan sekadar tentang banyaknya kebun buah di Depok.
"Satu, itu sebenarnya konstruksi ya, dan konstruksi itu dibuat dari faktual di masa lalu yang Depok itu terkenal dengan petani kebun buah-buahan," Ujar Sejarawan JJ Rizal saat ditemui di kediaman, Minggu (15/12/2019).
Baca juga: Berkunjung ke Kebun Belimbing yang Masih Tersisa di Kota Belimbing Depok...
Sambil menyeruput teh hangat yang terlihat masih ada uap panasnya itu, Bang JJ melanjutkan ceritanya. Dia mengatajan Depok merupakan pemasok sebagian buah-buahan yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kondisi tersebut juga digambarkan pada sebuah lagu tahun 1950-an yang berbunyi 'pepaya mangga pisang jambu dibawa dari pasar minggu'.
Dan memang benar isi lagu tersebut bahwa sebagian buah-buahan dari petani Kota Depok dipasarkan ke Jakarta dibawa menggunakan kereta api.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, pada tahun 1990-an terjadi perubahan politik di Depok. Kekuatan politik saat itu di Depok identik dengan ajaran islam.
Mereka menggunakan belimbing sebagai simbolisasi untuk mem-branding Kota Depok yang islami.
"Maksudnya itu rukun islam, karena segi belimbing ada lima, jadinya itu. Dari situ mulai cerita tentang depok sebagai kota belimbing," ujar JJ Rizal.
Baca juga: Cerita Haji Dhani, Puluhan Tahun Jualan Belimbing di Kota Belimbing Depok
Meski demikian, kebun-kebun belimbing sendiri memang benar ada di Kota Depok. Namun, kebun-kebun itu kini telah dibabat oleh pemilik properti.
Kebun belimbing itu habis diambil alih oleh properti misalnya di daerah sekitar Margonda yang dulunya banyak kebun belimbingnya.
"Ya ada sedikit, tapi karena lebih prospek orang menjualnya untuk kepentingan properti dibanding dijadikan sebatas kebun belimbing saja," ujar JJ Rizal.
Lambat laun, Depok juga sudah mulai berganti nama julukan. Bukan lagi Kota Belimbing tetapi berganti menjadi Smart City dan Kota Ramah Anak.
Namun, kata JJ Rizal, semua sematan itu dinilai tidak ada yang terbukti.
"Kota belimbing tapi kebunnya dihabisin oleh properti, SmartCity kotanya enggak smart, karena smart di mana kalo secara ekologi tidak ada tempat yang menunjukkan kota yang smart. Kalau kota ramah anak mana buktinya di Jalan Margonda orang dewasa mau menyebrang saja susah apalagi anak- anak," ujar JJ Rizal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.