BEKASI, KOMPAS.com - Umay Saman (59) mengaku tak punya urat takut menghadapi banjir semasa muda di kampungnya di Banten.
Kata Umay, banjir sederas apa pun adalah wahana main air. Ketika bujang dia dan teman sebayanya kala itu bebas berloncatan.
"Cuma kali ini, bener dah, ya Allah. Saya memang bisa berenang, tapi arusnya parah banget," ujar Umay kepada Kompas.com, Sabtu (4/1/2020) di bengkel kusen milik adiknya di dekat Perumahan Vila Nusa Indah, Bojongkulur, Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Umay baru saja selamat dari terjangan banjir yang mengepung rumah kontrakannya di Jalan Pangkalan I, RT02, RW26, Kelurahan Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (1/1/2020) lalu.
Rumah Umay terletak hanya sekitar 5 meter dari pertemuan arus dua sungai besar, yakni Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi yang jeramnya membabi-buta Rabu siang itu.
Baca juga: Dilihat dari Jumlah Pengungsi, Kota Bekasi Terdampak Banjir Paling Parah
Rabu itu, Umay berada di rumah kontrakan yang merangkap bengkel kusen sekaligus warung nasi bersama istri ketiganya, Rani (43).
Sebelum banjir datang menghantam pada pukul 10.00 WIB, ia sudah mendengar selentingan kabar bahwa air akan naik.
"Saya masih sempat naik-naikkin kipas, mesin, kusen segala ke rak atas. Bini bilang, 'Ayo, pergi', saya bilang masih aman. Saya enggak ngira air sebegitu cepat masuk, terus naik lagi," ujar Umay.
Umay mengisahkan, ketika ia masih membereskan perabotan di rumahnya, air naik dengan cepat. Jeram yang datang pun menggempur habis-habisan rumahnya yang sudah permanen.
Baca juga: Pemkot Bekasi Prioritaskan Buka Jalur di Jalan Perumahan Pondok Gede Permai
Tembok sisi kanan rumahnya jebol. Umay berpegangan di kusen besi pintu depan, segera menggaet istrinya yang kelabakan mencari pegangan.
"Tahu-tahu baja ringan rumah rubuh. Nimpa saya," kata Umay memperlihatkan jejak luka sobek di pundaknya akibat tertimpa rangka baja ringan.
Rani, istri ketiga Umay, panik setengah mati lantaran tak bisa berenang. Apalagi, bidan sempat mengatakan bahwa Rani tengah hamil. Umay berupaya menenangkan sambil berkata, "Kalau Allah bilang selamat, selamat kita."
Dalam kondisi terkepung air yang mengaduk-aduk di bawah kaki, Umay berikrar tak akan meninggalkan istri ketiga yang ia kawini belum sampai setahun. Sementara itu, tetangga-tetangganya sudah mengungsi semuanya.
"Lu mati pun enggak bakal gua tinggal. Bapak dan emak enggak punya, mau pulang ke mana dia kalau bukan ke saya?" ungkap Umay.
Tak yakin pegangan besi kusen masih sanggup menahan bobot tubuh mereka, Umay akhirnya pindah ke pohon ceri yang terpaut tak jauh dari rumahnya.