Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Peringatan Dini Milik Pemkot Bekasi Hanya Bisa Pantau Banjir Kiriman

Kompas.com - 08/01/2020, 13:08 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com - Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengakui bahwa Kota Bekasi hanya memiliki sistem peringatan dini (early warning system) banjir kiriman dari Bogor saja.

Hal ini diduga menjadi penyebab lambatnya antisipasi banjir dan evakuasi warga saat hujan pada Rabu (1/1/2020).

"(Sistem peringatan dini banjir) kita khusus (banjir kiriman) dari Bogor. Kalau hujan lokal sendiri, kita enggak (ada sistem peringatan dini banjir)," ujar Tri ditemui wartawan saat meninjau kondisi pascabanjir di Margahayu, Bekasi Timur, Rabu (8/1/2020).

"Karena (banjir akibat hujan lokal) naiknya kan relatif lambat. Jadi memang hanya dilihat situasionalnya begitu. Kemarin kondisinya di luar kendali, tadi juga sudah disampaikan oleh warga, banjir biasanya semata kaki sekarang tahu-tahu sudah sedada, itu kan di luar prediksi," tambah dia.

Baca juga: Bekasi Tambah Perahu Jaga-jaga Banjir Datang Lagi

Tri menjelaskan, sistem peringatan dini banjir kiriman itu dipasang Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air di Jatiasih, tepatnya di Jembatan PU, berbatasan dengan Kabupaten Bogor.

Informasi ketinggian muka air di sana kemudian diteruskan ke pos pantau warga terdekat, yakni di Perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih.

Masalahnya, sistem peringatan dini banjir yang hanya fokus pada banjir kiriman dari Bogor membuat warga terlena saat hujan deras mengguyur Kota Bekasi waktu Tahun Baru 2020 lalu.

Pasalnya, Rabu dini hari itu ketinggian muka air yang terpantau di sistem peringatan dini banjir di Jembatan PU masih belum mengkhawatirkan.

"Persoalannya adalah ketika itu, ketinggian air di sana masih mendekati normal, cuma di angka 600," kata Tri.

"Cuma kan waktu itu ditambah dengan intensitas hujan (lokal di Kota Bekasi). Tapi tetap informasi yang kita ambil hanya 600, jadi warga tahunya hanya 600 ketinggiannya," beber politikus PDI-P tersebut.

Baca juga: Warga Bekasi Diminta Tumpuk Sampah Sisa Banjir di Jalan Utama agar Lebih Cepat Diangkut

Akibatnya, Kota Bekasi jadi wilayah paling parah terdampak banjir Jabodetabek, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Ratusan ribu orang mengungsi. Sembilan nyawa melayang. Sekitar 70 persen wilayah Kota Bekasi sempat terendam banjir.

Di samping itu, Perumahan Pondok Gede Permai dan beberapa perumahan di sekitarnya, seperti Kemang Ifi Jatiasih dan Kompleks Angkatan Laut jadi perumahan yang paling parah terendam banjir kombinasi curah hujan tinggi dan banjir kiriman dari Bogor yang tiba beberapa jam setelahnya.

Berbagai mobil warga hanyut oleh air banjir yang ketinggiannya disebut mencapai lebih dari 4 meter. Hingga saat ini, perumahan-perumahan tersebut belum sepenuhnya pulih dari lumpur dan sampah pascabanjir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com