BEKASI, KOMPAS.com - Para korban banjir di perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih, Bekasi, mengeluh sulit mendapat bantuan makanan dan keperluan sehari-seperti sabun mandi atau sabun cuci. Padahal posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ada di gerbang perumahan mereka.
"Petugas-petugas selalu minta kami menunggu saat kami minta bantuan, tapi perut kan enggak bisa nunggu, Mas," kata Irvan Nurdin (36) kepada wartawan, Kamis (9/1/2020).
Irvan menyoroti alur distribusi bantuan dari pemerintah yang tak cekatan untuk korban banjir di PGP.
Gudang logistik BNPB terletak tepat di depan gerbang kompleks PGP.
Baca juga: Cerita Warga Pondok Gede Permai Hadapi Harga Barang Meroket Saat Banjir
PGP menjadi wilayah paling parah terdampak banjir seantero Kota Bekasi pada 1 Januari ini. Ketinggian banjir lebih dari 4 meter. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi bahkan mencatat, ketinggian banjir mencapai 6 meter.
Sebagian warga PGP yang ditemui Kompas.com menyebutkan, banjir merendam rumah hingga pinggang orang dewasa di lantai 2 rumah mereka.
Irvan mengingat, bantuan logistik dan perlengkapan keseharian bagi korban banjir PGP sudah menumpuk banyak sekali di gudang logistik BNPB. Namun, kata dia, makanan, kasur, pakaian, dan bantuan lain sulit diakses warga.
"Saya sih lihat bantuan di BNPB sudah menumpuk banyak, karena bantuan yang masuk itu ngumpul di sana, termasuk dari menteri-menteri. Tapi saya sendiri tidak tahu seperti apa distribusi bantuan itu sendiri," kata Irvan.
"Terakhir mendapatkan informasi, penyerahan bantuan dari BNPB ke RW-RW, tapi saya tidak tahu apakah sudah sampai apa belum," ujarnya.
Erlina, warga RT 001/RW 008 PGP termasuk yang mengaku sulit mengakses bantuan.
Tidak ada bantuan dari pemerintah yang diantar ke rumah-rumah. Warga diminta mengambil sendiri, baik perseorangan maupun lewat perwakilan, bantuan itu ke gudang logistik BNPB.
Rumah Erlina masih terendam lumpur sebetis orang dewasa. Begitu pun jalan di kompleks PGP. Letak rumahnya cukup jauh dari gerbang utama, dari gudang logistik BNPB.
"Enggak ada yang mengirim (makanan ke rumah). Kadang kami harus lari ke (gudang logistik) BNPB. Orang-orang kan mungkin malas lewat sini, masuk pun sudah susah kalau kayak gini (jalanan terendam lumpur)," kata Erlina, Kamis sore.
"Kadang berharap dari yang lewat saja, ada juga yang ngasih," imbuhnya.
Erlina mengatakan, di gudang logistik BNPB pun ia tak semudah itu mengambil bantuan. Meski datang dengan baju coreng-moreng lumpur dan tampak lelah, yang menandaan dirinya korban banjir, Erlina tetap harus menunjukkan KTP untuk mengambil bantuan.