JAKARTA, KOMPAS.com - Kisah para gubernur DKI Jakarta terdahulu yang masuk dalam liputan khusus "Riwayat Banjir Besar di Jakarta dan Cerita Para Gubernur" menjadi artikel yang paling populer sepanjang akhir pekan lalu.
Salah satunya, soal kisah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dikritik tak manusiawi saat menggusur rumah di bantaran Kali Ciliwung dan memaksa warga yang tinggal untuk angkat kaki selamanya.
Ahok pun bereaksi dan mengenang kembali masa itu.
Selain kisah Ahok, ada pula kabar miris dari Bekasi. Ada salah satu sekolah yang rusak parah dan belum diperbaiki.
Yang menyedihkan, para siswanya sampai harus membuat video dan kemudian viral untuk melirik bantuan pejabat terkait.
Berikut ringkasan lima berita terpopuler di Megapolitan Kompas.com.
Cara kepemimpinan Ahok di era-nya dikenal keras dan tegas, termasuk dalam mengurus permasalahan banjir.
Menurut Ahok, untuk mengatasi permasalahan banjir, normalisasi sungai dan waduk merupakan hal yang wajib dilakukan.
"Prinsipnya begini, jika hujan turun terus menerus air di sungai maupun waduk dapat meluap, karena ada titik maksimal menampung air.
Terlebih kurangnya daya tampung juga dikarenakan banyaknya bangunan yang berdiri di atasnya atau di pinggirannya," kata Ahok seperti dikutip Kompas.com dalam buku "Kebijakan Ahok" oleh Basuki Tjahaja Purnama.
Baca juga: Kilas Balik Normalisasi, Sodetan Ciliwung, dan Akhir Gugatan Warga Bidara Cina...
Bagi Ahok, salah satu upaya mengatasi banjir, yakni normalisasi sungai dan waduk.
Di mana nantinya terdapat wadah yang lebih besar untuk menampung air, termasuk sungai dan waduk dibuat lebih dalam dan lebar.
Adapun normalisasi sungai dan waduk tersebut tentunya tidak terlepas dari penertiban bangunan liar di sekitar waduk dan sungai.
"Kebijakan penertiban inilah yang selalu dikaitkan dengan cara kepemimpinan saya yang disebut tidak manusiawi. Justru kalau saya membiarkan warga terendam banjir di setiap musim hujan lah yang tidak manusiawi," ujar Ahok.
Baca selengkapnya di sini.