Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Penyebaran Virus Corona dari Hewan, Kementerian Pertanian Gelar Inspeksi di Soekarno-Hatta

Kompas.com - 03/02/2020, 16:57 WIB
Singgih Wiryono,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian melakukan inspeksi pengawasan tindakan karantina berupa pemeriksaan pada lalu lintas hewan dan produk hewan di Bandara Soekarno Hatta.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut informasi dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE bahwa penyakit pernapasan akut korona yang kini tengah mewabah akibat virus novel corona (2019-nCov).

"Data urutan genetiknya virus ini adalah kerabat dekat CoV lain yang ditemukan beredar di populasi kelelawar Rhinolophus (kelelawar Horseshoe)," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (3/2/2020).

Baca juga: Negatif Terinfeksi Virus Corona, Pasien di RS Eka Hospital Cibubur akan Segera Dipulangkan

Dengan adanya peringatan tersebut, pengetatan pengawasan terhadap lalu lintas sumber hewan termasuk spesiesnya yang masuk ke Indonesia ditingkatkan agar dapat mencegah potensi penyebaran hewan pembawa virus corona.

"Ini yang menjadi perhatian, khususnya bagi jajaran Karantina Pertanian. Untuk terus memantau kondisi terkini dari organisai resmi dan mengantisipasi kesehatan dan keamanan dari media pembawa hama penyakit baik hewan dan tumbuhan. Pengawasan harus diperkuat,” kata Syahrul.

Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil menjelaskan infeksi corona sering terjadi pada hewan dan manusia.

Beberapa corona dapat ditularkan antara hewan dan manusia. Akan tetapi, lanjut Jamil, kebanyakan kasus terjadi penularan hewan dengan hewan dan manusia dengan manusia.

"Pada manusia, dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah, dan Sindrom Pernafasan Akut Parah," kata dia.

"Investigasi terperinci menunjukkan bahwa sindrom pernafasan akut ditransmisikan dari musang ke manusia, dan MERS-CoV (pernafasan timur tengah) dari unta dromedaris ke manusia," kata dia.

Kasus pneumonia pada manusia yang tidak diketahui penyebabnya dilaporkan telah muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada 31 Desember 2019.

Center for Diseases Control and Prevention (CDC) USA kemudian menemukan corona virus disingkat 2019-nCoV sebagai penyebab penyakit pernapasan akut yang menyerang manusia itu. Otoritas China pada 7 Januari 2020 kemudian memastian hal itu.

Sejak itu, kasus manusia menderita pneumonia dengan sejarah perjalanan ke Wuhan telah dilaporkan oleh beberapa provinsi di China dan oleh sejumlah negara di luar China.

Hingga hari ini, WHO menyebutkan sudah 25 negara yang warganya terjangkit virus corona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com