JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi seorang pemimpin harus memiliki modal ilmu pengetahuan dan serta pengalaman mempuni untuk melewati segala permasalahan.
Kira-kira hal itu yang masih menempel dalam diri Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso.
Diawali dari masa sekolah, Bang Yos (75), sapaan akrab Sutiyoso, ingat betul bukan hal mudah saat awal meniti karir dari tempat asalnya di Semarang.
Saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) saja Bang Yos sudah mengalami sulitnya berbagi bangku sekolah dengan orang lain karena ketiadaan gedung sekolah. Ruang tamu rumahnya pun jadi kelas.
Baca juga: Sutiyoso Pernah Tolak Program Menteri yang Ingin Bangun Situ di Monas
"Saya asal-usulnya dari orang miskin dari desa banget benar-benar ayah saya hanya guru SD, anaknya 8, gajinya sedikit. Ruang tamu kita dikorbankan jadi kelas waktu itu saya kelas 4 SD," ucap Bang Yos kepada Kompas.com di kawasan Thamrin City, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2020).
Berbagi ruang kelas dan rumah saat itu menjadi ingatan tidak terlupakan bang Yos.
Masa-masa itu yang makin membuat tekad Bang Yos kecil dalam mengejar cita-citanya menjadi kuat.
Usai lulus dari SD, Bang Yos kecil pun melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Bang Yos ingat saat itu desanya tidak ada bangunan SMP, sekolah tingkat SMP terdekat jaraknya 4 km dari rumah. Jalannya masih menyusuri hutan yang lebat dan sepi.
Baca juga: Sutiyoso Kaget Anggaran Pengadaan Lem Aibon Dalam RAPBD DKI 2020 Capai Rp 82,8 Miliar
"Setelah lulus kelas 6 kan tidak ada space di rumah, lantas aku sekolah ke SMP yang ada di dekat kecamatan kira-kira 4 km jalannya. Bayangkan waktu kecil umur 11 tahun bolak-balik 4 km, setiap hari lewat hutan sampai lulus SMP," ucap Bang Yos mengingat masa kecil.
Bukannya sedih, Bang Yos remaja beranjak dewasa dan semakin tangguh dengan berbagai tempaan.
Usai menyelesaikan pendidikan dari bangku SMP, Bang Yos kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tamat.
Masalah ekonomi membuat bang Yos yang saat itu tertatih menjalani bangku kuliah.
Ia tidak ingat kapan dan di mana kala itu mengenyam pendidikan di bangku kuliah, yang terlintas adalah masa-masa awal pindah dan memilih Akademi Militer.
"Saya tidak mampu bayarnya perjuangan luar biasa itu saat lulus SMA, saya kuliah yang sebenarnya enggak mampu membiayainya dan masuk ke Akademi Militer," terang Yos.