Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balas Ucapan Sekda DKI untuk Nikmati Banjir, Warga: Kalau Sering Banjir, Capek Juga!

Kompas.com - 01/03/2020, 12:01 WIB
Tia Astuti,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Saefullah, Sekertaris Daerah DKI Jakarta pada Rabu lalu (26/2/2020) sempat berujar agar kondisi banjir di Jakarta dinikmati saja.

"Pulau Jawa dari Banten ada Tangerang-nya, Jakarta, Bogor (di) Jawa Barat di berbagai kotanya, Jawa Tengah di berbagai kotanya, Jawa Timur di berbagai kotanya juga ada banjir itu. Jadi dinikmati saja. Itu kan soal manajemen air," ujar Saefullah di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/2/2020).

Saefullah juga menuturkan agar banjir disikapi biasa saja karena sebenarnya manusia sangat dekat dengan air. Dia menyebut sepertiga tubuh manusia adalah air.

Warga korban banjir pun bereaksi soal pernyataan Saefullah itu. Warga membalikkan pernyataan Saefullah dengan menyatakan banjir bukanlah sesuatu yang bisa dinikmati. 

Baca juga: Sekda DKI: Banten, Jateng, Jatim Juga Banjir, Dinikmati Saja

Salah satu warga Cipinang Melayu RW 004, Sri (45) merasa lelah juga bila harus menghadapi banjir yang datang hampir tiap minggu.

"Kalau banjirnya jarang masih enggak apa-apa. Tapi ini kan tiap minggu, jadinya lelah dan capek," ujar Sri.

Menanggapi ucapan Sekda DKI Jakarta, menurut Sri, tidak seharusnya seorang petinggi daerah mengucapkan hal itu, apalagi melihat banyak rumah yang ketinggian banjirnya bisa mencapai 3 meter.

Selain Sri, ada pula Endang (38. Endang mengaku sudah tak bisa menikmati lagi banjir yang terjadi karena sudah sangat jenuh dengan kondisi. 

Baca juga: Kontroversi Pernyataan Sekda DKI soal Banjir Dinikmati, Dinilai Tak Punya Empati hingga Tutupi Kesalahan Anies

"Ya awalnya dinikmati saja karena mau bagaimana lagi namanya nasib tinggal di dekat Kali Sunter. Tapi kalau keseringan juga jenuh. Bolak-balik angkatin barang ke atas kan," ujar Endang.

Menurut Endang, banjir cukup merepotkannya karena ia masih memiliki anak yang berusia 1 tahun.

"Soalnya kalau lagi banjir juga bantuan kayak susu formula, popok, itu jarang dikasih. Sementara pemasukan rumah tangga saya jadi berkurang karena suami jadi jarang kerja," ujar Endang.

Baca juga: Korban Banjir Minta Sekda DKI Tak Permainkan Perasaan Warga, Tak Ada Nikmatnya Kebanjiran

Sependapat dengan Sri dan Endang, warga korban banjir Cipinang Melayu lainnya, Suwarni (58) juga kerepotan karena banjir.

"Capek. Apalagi suami saya kan stroke. Jadi waktu air naik saya cuma bisa manggilin tetangga buat bantuin angkat suami saya ke (lantai) atas," ujar Suwarni.

Suwarni mengatakan memang musibah banjir tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, tetapi bukan berarti ia menikmati banjir.

"Namanya hujan itu kan datangnya dari yang di atas, jadi mau bagaimana. Dari saya tinggal tahun '89 juga sudah suka banjir. Tapi makin ke sini banjir makin parah," ujar dia.

Baca juga: Sekda DKI Minta Banjir Dinikmati, Politisi PDI-P: Rumah Dia Harus Kebanjiran Dulu

Ketiga warga korban banjir ini sependapat bahwa banjir tidak bisa dinikmati karena menghambat pemasukan rumah tangga.

Menurut mereka, seharusnya pemerintah bisa memberi bantuan berupa uang, tidak hanya sumbangan berupa sembako saja.

"Berharap banget bantuan dari pemerintah. Selama ini bantuan alat bersih-bersih aja, kasur, sama selimut. Tapi kan banyak elektronik yang rusak kerendam banjir yang perlu diservis jadi sangat bersyukur sekali kalo pemerintah memberi bantuan berupa uang," ujar Sri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com