JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak pandemi Covid-19 atau virus corona menyebar ke Indonesia, panic buying atau belanja berlebihan terjadi.
Sejumlah masyarakat memborong bermacam barang untuk stok kebutuhannya sehari-hari. Mereka khawatir stok makanan habis dan kelaparan.
Namun, panic buying ini hanya terjadi di segelintir masyarakat yang memiliki uang cukup untuk membeli bahan-bahan pokok secara berlebihan.
Bagi mereka yang tak punya uang banyak, hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Bahkan ungkapan “mereka yang punya duit yang bertahan” seolah menjadi kenyataan.
Baca juga: Tiga Jemaah Positif Covid-19, Sekitar 170 Orang Diisolasi di Masjid di Taman Sari
Hal tersebut mencuri perhatian banyak orang. Banyak yang prihatin dengan kondisi tersebut.
Salah satunya Edward Suhadi, seorang Creative Director di perusahaan di Jakarta. Ia mengaku miris melihat keadaan tersebut.
Merespons kondisi tersebut, ia membuat kampanye agar masyarakat tidak panik di tengah pandemi Covid-19
Belakangan, video-video yang dibuatnya disambut positif dan viral di media sosial. Seperti video kurva, penimbunan, masker hingga telor ceplok ala Edward.
Bahkan video tersebut kerap disadur banyak orang termasuk influencer.
Ide telur ceplok
Edward membuat video "selalu ada telur ceplok" merespons panic buying di tengah masyarakat.
Dalam video yang dikemasnya, Edward mengingatkan bahwa setiap orang hanya butuh telur ceplok untuk hidup.
Sebab, semua orang di Indonesia suka dengan telur ceplok, apalagi kalau ditambah kecap.
Edward menjelaskan, berbahaya jika panic buying terus terjadi. Mulai dari harga naik dan stok malah kosong.
Baca juga: 3 Jemaah Masjid Jammi di Taman Sari Positif Covid-19, Wali Kota: Di Situ Tempat Ziarah