BEKASI, KOMPAS.com- Jelang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Rabu (15/4/2020) ini, warga miskin dan rentan miskin di Kota Bekasi masih galau lantaran belum menerima kejelasan terkait bantuan sosial (bansos) yang diberikan.
Bahkan sebagian warga memilih untuk gotong royong membantu masyarakat di wilayahnya masing-masing yang terdampak.
Pemerintah Kota Bekasi telah mencatat keseluruhan ada 106.000 Kartu Keluarga (KK) melalui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial.
Lalu, untuk non-DTKS ada 130.000 KK yang tercatat terdampak akibat penerapan PSBB di Bekasi.
Baca juga: Warga Bekasi yang Kena PHK Imbas Covid-19 Disarankan Buat Kartu Prakerja
Non-DTKS itu yakni pekerja harian yang terdampak dengan adanya penerapan PSBB ini. Mulai dari ojek online, buruh yang di-PHK atau terancam PHK (diliburkan tanpa digaji), dan pedagang lainnya yang tak bisa berjualan.
Meski sudah mencatat dan mendata warganya, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengakui saat ini pemerintahannya hanya memiliki simpanan anggaran Rp 25 miliar.
“Kita enggak banyak kok (kebutuhannya), emang duitnya enggak ada,” ujar Effendi atau Pepen di Bekasi beberapa waktu lalu.
Pepen sapaan akrabnya mengatakan, awalnya ada anggaran simpanan lewat dana alokasi umum (DAU) APBD 2020 sekitar Rp 110 miliar.
Namun, sebagian besar anggaran tersebut digunakan untuk menangani Covid-19 sejak awal merebak di Kota Bekasi. Bahkan masih ada keperluan gaji karyawan yang harus dikeluarkan dari dana tersebut.
Baca juga: Pemkot Bekasi Tak Tahu Siapa Saja Warga yang Diberikan Bansos
Kini hanya tersisa Rp 25 miliar untuk warga yang terdampak PSBB.
Pemkot Bekasi memang telah menyiapkan bansos di luar dari bantuan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tiap kepala keluarga, yakni sebesar Rp 200.000 dalam bentuk sembako, seperti beras, kecap, minyak goreng, dan lainnya.
Namun, bantuan tersebut tak bisa mencukupi warga yang terdampak di Kota Bekasi.
Karena tak memiliki dana yang cukup, Pemerintah Kota Bekasi pun mengharapkan bantuan dari berbagai pihak. Mulai dari dana Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Tujuannya agar bantuan tersebut bisa disalurkan bersamaan dan semua warga yang terdampak mendapatkan bantuan.
Namun, hingga kini belum ada kejelasan terkait bantuan dari Pemerintah Pusat maupun Pemprov Jawa Barat.