TANGERANG, KOMPAS.com - Sejak 22 April lalu, Arief Budiarto resmi menjadi seorang pengangguran lantaran menjadi satu dari 31 orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaannya.
Arif menjabat sebagai kepala gudang di PT Karya Baja Sentosa. Ia sudah enam tahun bergelut dan menjadi karyawan di sana.
Dia akhirnya di-PHK, dengan alasan bahwa perusahan memecat 31 karyawannya lantaran lesunya perekonomian akibat Covid-19.
Baca juga: Dilema Buruh Pasca-PHK, Bingung Hidupi Keluarga, tetapi Tak Bisa Pulang Kampung
Pria yang tinggal bersama istri dan seorang anak perempuannya berusia enam bulan tersebut kini bingung harus mencari penghidupan ke mana setelah opsi pulang kampung ditutup oleh Pemerintah Pusat.
Setelah resmi menyandang status pengangguran, Arif sempat berharap pada program pemerintah pusat yang diluncurkan dengan nama Kartu Prakerja.
Namun, harapan tersebut kandas, setelah dia beberapa kali mencoba mendaftar Kartu Prakerja tetapi selalu mendapat penolakan.
"Saya kemarin sudah pernah coba, tapi kok enggak bisa-bisa, apa saya salah atau gimana, enggak tahu," tutur Arif saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (29/4/2020).
Baca juga: Jokowi Jawab Kritik soal Kartu Prakerja
Penolakan tidak dialami oleh dirinya sendiri, Arif sempat menanyakan kepada teman-temannya yang terkena PHK soal pendaftaran kartu prakerja tersebut.
Namun sayang, hasilnya nihil. Nasib penolakan pengaplikasian Kartu Prakerja juga dialami teman-temannya.
Setelah harapannya untuk mendapat bantuan dari program prakerja pupus, Arif berharap ada bantuan sosial yang bisa dia terima dari pemerintah.
Janji bantuan sosial senilai Rp 600.000 per kepala keluarga, baik dalam bentuk sembako, atau bentuk bantuan tunai, sangat dia harapkan.
Tapi sekali lagi, harapannya tidak kunjung datang, hingga di hari ke-7 status pengangguran dia sandang.
Baca juga: Ini Daerah dengan Rasio Pengangguran Terbanyak di Indonesia
"Saya sih enggak dapat, saya dengar ada teman-teman yang dapat, tapi itu hanya 4 sampai 5 orang saja," tutur Arif.
Kini dia hanya berharap di tengah kebutuhan hidup yang makin menghimpit, sewa kontrakan, gizi untuk sang buah hati yang masih usia 6 bulan dan kebutuhan lainnya bisa dia atasi dengan menjadi marketing dadakan.
Dia berharap, ada solusi dari pemerintah dari ketidakpastian masa depan pendapatan buruh yang terkena PHK akibat Covid-19.
Baca juga: Imbas Covid-19, Jumlah Pengangguran RI Bisa Melonjak
"Saat ini tetap berjuang dan bersabar dalam senyuman aja," kata dia sembari tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.