Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Arus Sepi PSBB, 500 Truk Bertonase Besar Masuk Kota Tangerang dan Merusak Jalan

Kompas.com - 06/05/2020, 14:53 WIB
Singgih Wiryono,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Sekitar 500 truk bermuatan material Over Dimension Overloading (ODOL) memasuki Kota Tangerang selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Wahyudi Iskandar mengatakan, truk bermuatan material untuk proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) II tersebut melintasi Kota Tangerang pada malam hari dan merusak ruas jalan di Kota Tangerang.

"30 persen pengguna kendaraan turun selama PSBB dari biasanya. Sepertinya ini dimanfaatkan oleh transformer untuk masuk kota (Tangerang)," ujar Wahyudi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/5/2020).

Baca juga: Truk Alat Berat yang Tersangkut Rel Kereta di Kota Tangerang Sempat Bikin Macet

Kerusakan yang diakibatkan oleh ratusan truk bermuatan material tersebut cukup besar.

Hal itu membuat sejumlah warga yang daerahnya dilintasi truk melakukan demo.

"Ada warga Selapajang kemarin demo, itu benar bukan tanpa alasan, sebabnya karena truk ini," kata Wahyudi.

Wahyudi mengatakan, sebenarnya Pemkot Tangerang sudah meminta operator agar tidak lagi mengambil jalur di tengah Kota Tangerang.

Pasalnya, selain pembangunan yang tidak memiliki kontribusi kepada Kota Tangerang, pihak pengembang PIK 2 juga tidak bertanggung jawab atas kerusakan tanah yang dilalui truk-truk besar tersebut.

"Kita coba putar balik selama masa PSBB, jangan dulu masuk kota selama PSBB, kalau biasanya dia mau masuk, dia masuk lewat rawa bokor, ada exit tol di sana, jadi tidak banyak jalan kota yang dirusak," kata dia.

Sebelumnya, beberapa ruas jalan di wilayah Kota Tangerang mengalami kerusakan mulai dari kerusakan ringan, sedang hingga berat.

Hal tersebut dikarenakan tingginya lalu lintas truk bertonase besar melewati ruas jalan yang akan menuju ke lokasi pembangunan sejumlah proyek sekitar Kota Tangerang, salah satunya pengembang PIK II.

Kepala Satuan Kerja Jalan Bebas Hambatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Hadrianus Bambang Nurhadi Widihartono (Nanung) meminta pengembang memberikan laporan kejelasan rute yang akan dilalui oleh subkontraktor saat mengirim material ke wilayah pembangunan.

"Kami meminta pihak PIK II, melaporkan kejelasan rute mana saja yang akan dilalui di wilayah Kota Tangerang oleh para sub kontraktor yang akan mengirim material ke wilayah pembangunan," ujar Nanung.

Baca juga: Truk Pengangkut Alat Berat Mogok di Atas Rel Kereta antara Stasiun Tanah Tinggi-Tangerang

"Karena proses pengiriman material memiliki peranan besar dalam kerusakan jalan yang terjadi di beberapa ruas jalan di Kota Tangerang," tambah dia.

Nanung meminta agar laporan tersebut dituangkan dalam bentuk surat yang ditujukan kepada Direktoran Jenderal Bina Marga dengan tembusan kepada Gubernur, Wali Kota atau Bupati yang daerahnya terlintasi oleh kendaraan yang membawa material.

"Supaya Kementerian maupun Pemerintah Daerah bisa memonitor pergerakan kendaraan material," jelas Nanung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com