JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tak setuju dengan pernyataan pemerintah pusat bahwa Indonesia telah melewati fase kritis Covid-19.
Hal itu disampaikan Anies wawancara bersama media Australia The Sydney Morning Herald dan The Age.
Dia berpendapat, laporan penambahan kasus Covid-19 di Indonesia yang disampaikan setiap hari tak dapat dijadikan acuan untuk menyatakan Indonesia telah melewati fase kritis.
"Saya belum yakin apakah persebaran data (Covid-19) telah melandai (melewati fase kritis). Kita harus menunggu beberapa minggu ke depan untuk menyimpulkan apakah tren itu sudah melandai atau kita masih akan bergerak naik," kata Anies dalam artikel The Sydney Morning Herald yang terbit pada 7 Mei lalu.
Baca juga: Doni Monardo: Dampak PSBB, Kasus Positif Covid-19 di DKI Menurun
DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia sejak wabah Covid-19 terungkap pada 2 Maret 2020.
Sejak saat itu, DKI Jakarta selalu berada di posisi teratas.
Data pada 7 Mei 2020, setidaknya ada 4.775 kasus positif dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 430 orang.
Sementara pasien yang sembuh mencapai 718 orang.
Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo memang menyatakan, pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta berhasil menurunkan penambahan jumlah kasus positif Covid-19 sebesar 39 persen.
Hal itu, kata Doni, terlihat dari proporsi kasus positif di Jakarta dengan total kasus secara nasional.
Bahkan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga memprediksi pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan pada Juni atau Juli 2020.
Sehingga, kehidupan akan kembali normal pasca pandemi Covid-19 pada Agustus 2020.
Baca juga: Benarkah Kasus Positif Covid-19 di DKI Jakarta Menurun seperti Klaim Pemerintah?
Namun, sekali lagi, Anies tak setuju dengan pernyataan pemerintah pusat.