JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia belakangan menggaungkan istilah the new normal atau pola hidup normal versi baru yang menuntut warga hidup berdamai dan berdampingan dengan pandemi Covid-19 yang belum kelihatan ujungnya.
Dalam new normal, ada indikasi bahwa beberapa sektor kegiatan yang tadinya ditutup akan dibuka kembali.
Namun, skenario new normal ini berpotensi menciptakan peningkatan kasus Covid-19 lagi dan berimbas pada tenaga medis, khususnya para perawat.
"Ini yang menjadi perhatian kami. Kami sudah punya prediksi, khawatir ada banyak eskalasi kasus. Jika kasus meningkat, maka kami-kami juga yang menjadi ujung tombak," ujar Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (18/5/2020).
"Menjadi kegamangan tersendiri (bagi perawat) karena itu tadi, berarti masih lama kami akan bertugas seperti hari ini," lanjut dia.
Sulit dibantah, para perawat bersama dokter dan tenaga medis lain merupakan kalangan yang paling rentan dengan risiko terpapar Covid-19.
Mereka bekerja sekitar 8 jam sehari dan selama itu pula tubuh mereka dibungkus alat pelindung diri lengkap.
Mereka berhubungan langsung dengan pasien suspect maupun positif Covid-19 di tempat paling terpapar.
Hingga saat ini, data PPNI menyebutkan, 20 perawat pasien Covid-19 telah meninggal dunia, 59 saat ini positif Covid-19, dan 68 perawat kini tengah dirawat sebagai pasien suspect maupun positif Covid-19.
Baca juga: Jakarta Bersiap New Normal, Satpol PP hingga Perangkat RW Harus Lebih Aktif
"Tingkat kematian tenaga medis Indonesia ternyata sekitar 6,5 persen (dari total kematian akibat Covid-19), data dari The Conversation," ujar Harif.
"Itu tinggi sekali, sementara negara lain (rata-rata global kematian tenaga medis) 0,3 persen. Artinya, memang kita merasa tidak dilindungi kalau demikian caranya," lanjutnya.
Jumlah itu diperkirakan bakal meningkat seiring dengan potensi lonjakan kasus Covid-19 akibat penerapan new normal jika tak dibarengi protokol kesehatan.
Tak ada garansi new normal diimbangi dengan protokol ketat
Harif menyebutkan, hingga hari ini, praktis para perawat sudah hampir 3 bulan para perawat tak bisa pulang ke rumah karena menjalani tugas ini.
Ia tak meragukan dedikasi dan idealisme para perawat, namun ia menganggap wajar apabila para perawat merasa gamang.
Baca juga: Penerapan New Normal, Masyarakat Dituntut untuk Bisa Beradaptasi