DEPOK, KOMPAS.com - Wali Kota Depok Mohammad Idris mengumumkan bahwa kasus positif Covid-19 di Depok didominasi oleh kelompok usia produktif pada Senin (18/5/2020).
Total kasus positif Covid-19 di Depok mencapai 427.
Sebanyak 236 orang atau 55 persen di antaranya merupakan pasien berusia 20-49 tahun.
Dominasi kelompok usia produktif pengidap Covid-19 di Depok bisa semakin nyata jika menyesuaikan dengan tolok ukur pemerintah, bahwa usia produktif ada di rentang 15-65 tahun.
Baca juga: Epidemiolog Duga Jakarta Jadi Sumber Tingginya Kasus Covid-19 di Depok
Namun, data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok mengelompokan usia pasien positif Covid-19 dalam rentang: 0-5, 6-19, 20-29, 30-39, 40-49, 50-59, 60-69, 70-79, dan 80 tahun ke atas.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko menyampaikan, pola ini memberikan arti tersendiri.
"Harusnya kan usia lanjut yang kena (Covid-19) karena imunitasnya rendah. Kondisi nasional dan negara lain juga menunjukkan pola yang sama," kata Tri ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (20/5/2020).
"Kalau menularnya di usia kerja atau produktif, berarti menularnya berkaitan dengan pekerjaan, entah tertularnya di Jakarta atau di transportasi umum," imbuh dia.
Baca juga: Puncak Pandemi Covid-19 di Depok Diprediksi Juni, Epidemiolog Harap PSBB Jangan Longgar
Data tersebut juga mencerminkan bahwa PSBB belum efektif untuk menekan pergerakan penduduk, sekaligus membuktikan bahwa warga Depok yang saat ini masih banyak berseliweran merupakan mereka yang produktif/bekerja.
"Di Depok iya (tandanya PSBB belum berhasil menekan pergerakan orang). Karena semua tetap mencari uang. (Okupansi) transportasi pada umumnya berkurang hanya 20 persen. Jadi tidak terasa berkurangnya," jelas Tri.
Di samping itu, sebagian warga usia produktif kemungkinan besar masih beraktivitas di pasar-pasar, terlebih menjelang Idul Fitri seperti sekarang.
Tak menutup kemungkinan, pasar-pasar tertentu berpotensi jadi simpul penularan Covid-19 khususnya bagi kalangan perempuan, mengacu karakteristik demografi penduduk Depok.
"Di pasar-pasar saat dilakukan rapid test (uji cepat), yang reaktif cukup banyak. Misalnya di Pasar Musi ada 8-9 orang reaktif," ujar Tri.
"Kalau perempuan kemungkinan besar di pasar. Kalau laki-laki kemungkinan di Jakarta, di transportasi umum," tambah dia.
Baca juga: Cerita Kekecewaan WNI dari Luar Negeri yang Dikarantina di Asrama Haji, Kotor hingga Tak Ramah Anak
Oleh karenanya, Tri tak sepakat jika Depok berencana melonggarkan PSBB dalam waktu dekat.