BEKASI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bekasi berencana menerapkan new normal atau kenormalan baru dalam waktu dekat untuk menghadapi wabah Covid-19.
Saat ini Kota Bekasi bahkan sudah mulai menjalani adaptasi new normal dengan membuka kembali tempat ibadah dan memperbolehkan tamu restoran atau rumah makan makan di tempat (dine in).
Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono ingatkan Pemkot Bekasi untuk berhati-hati terapkan new normal. Sebab, kasus Covid-19 di Kota Bekasi masih belum stabil.
“Pemda harus siap menanggung konsekuensi besar saat bersiap gitu (ambil keputusan new normal), pelonggarannya itu bisa saja belum stabil tapi sudah terlalu cepat dibuka. Tapi masyarakatnya sudah enggak sabar, makanya harus berhati-hati,” ujar Pandu, Kamis (4/6/2020).
Baca juga: Jelang Hari Terakhir PSBB, Pasien Positif Covid-19 di Kota Bekasi Bertambah 13 dalam Sehari
Ia mengatakan, jika Bekasi siap terapkan new normal maka harus yakin memenuhi beberapa syarat.
Sejumlah syarat itu adalah jumlah tes dan contact tracing bertambah, kebiasaan warga mencuci tangan dan menggunakan masker juga mesti meningkat.
Selain itu, jumlah kasus kematian yang diduga karena Covid-19 dalam kurun waktu paling sedikit 14 hari harus berkurang.
Syarat lain adaah ada peningkatan kapasitas ICU, tenaga kesehatan, dan jumlah alat pelindung diri (APD) yang memadai.
“Jadi, diyakinkan dulu memenuhi syarat enggak. Syaratnya adalah rumah sakit harus siap kalau kemungkinan ada lonjakan. Jadi yang penting pada saat pembukaan (new normal) jangan dibuka sekaligus, jadi lonjakan (kasus Covid-19) bisa terkendali,” kata dia.
Pandu juga menyarankan Pemkot Bekasi tegas terhadap warga agar sadar menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Warga harus menggunakan masker saat ke luar rumah dan terus jaga jarak fisik atau physical distancing. Tanpa kesadaran masyarakat, penyebaran Covid-19 akan terus meningkat.
Dia juga menyarankan, sektor-sektor yang nanti akan dibuka saat new normal agar dibuka secara bertahap. Hal itu untuk antisipasi lonjakan kasus Covid-19 yang mungkin bisa terjadi.
“Enggak boleh dibuka sekaligus kalau enggak nanti bisa aja lonjakannya tidak terkendali, dengan pelan-pelan lonjakan bisa terkendali,” ujar Pandu.
Beberapa sektor yang sudah dibuka saat masa adaptasi harus terus dievaluasi.
Pandu menyarankan agar sektor pendidikan dibuka paling akhir.
“Bukanya bertahap, diamati selama seminggu dua minggu. Kalau enggak ada peningkatan kasus dibuka tahap berikutnya. Kita harus berhati-hati waktu melakukan pelonggaran karena kita harus mengantisipsi pelonjakan kasus,” kata dia.
Baca juga: IDI Tak Khawatir Akan Ada Lonjakan Kasus Covid-19 di Kota Bekasi Saat New Normal
Ia juga berharap masyarakat membantu menangani Covid-19 dengan mengikuti aturan protokol pencegahan dan pengendalian Covid-19.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sebelumnya menyatakan tidak khawatir jika ada lonjakan kasus Covid-19 saat new normal diterapkan. Dia meyakinkan bahwa Pemkot Bekasi mampu mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.
“Kalau ada (lonjakan kasus Covid-19) enggak masalah, enggak perlu ada yang ditakutkan lagi sekarang. Ngapain mesti takut, orang kita alatnya ada, rumah sakitnya ada, apa yang mesti kita takutin sekarang, kecuali di awal-awal,” ucap Rahmat di Bekasi, 27 Mei lalu.
Ia mengklaim, saat ini kasus Covid-19 di Kota Bekasi lambat laun berkurang, apalagi angka reproduksi kasusnya telah mencapai angka 0,71. Dengan demikian, menurut dia, wajar jika Kota Bekasi menerapkan new normal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.