Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut Jakarta Masih Sulit Turunkan Kasus Covid-19

Kompas.com - 09/07/2020, 16:22 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengatakan, Jakarta masih sulit menurunkan kasus Covid-19.

Alasan dia, mobilitas penduduk yang keluar-masuk Jakarta dari Bodetabek cukup tinggi.

"Jabodetabek ini luar biasa. Orang dari daerah itu ke tengah, ke Jakarta. Ini juga yang membuat Jakarta akan tetap sulit sekali menurunkan kasus (Covid-19)," ujar Pandu dalam webinar 'Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Pandemi Covid-19', Kamis (9/7/2020).

Baca juga: Epidemiolog: Jangan Mimpi Pandemi Covid-19 Akan Selesai Tahun Ini

Berdasarkan bahan paparan yang disampaikan Pandu, tim FKM UI menemukan, kepadatan penduduk di tengah Jakarta pada hari kerja di bulan Juni (masa transisi) meningkat dibandingkan pada saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di bulan Mei.

Kepadatan penduduk makin meningkat tiap pekannya.

Kepadatan penduduk terjadi di kawasan perkantoran. Perkantoran di Jakarta diketahui kembali beroperasi pada masa transisi.

"Kita melihat Jakarta itu akhirnya di siang hari (penduduk) akan menumpuk di tengah. Ini Jakarta di mana sebenarnya menjadi pusat kerumunan. Kerumunan itu yang membuat virus karena interaksi manusia memudahkan virus itu pindah," kata dia.

Baca juga: Sepekan Ini, Kasus Positif Covid-19 di Jakarta Naik meski Tes Berkurang

Pandu kemudian memaparkan perkiraan tren jumlah kasus Covid-19 di Ibu Kota.

Bahan paparan ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengenai perkiraan tren kasus Covid-19 di Jakarta.Tangkapan layar webinar yang ditayangkan YouTube Pokja PPAS Bahan paparan ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengenai perkiraan tren kasus Covid-19 di Jakarta.

Grafik kasus Covid-19 di Jakarta diperkirakan akan terus meningkat hingga Agustus 2020 jika cakupan pelacakan, pengetesan, dan isolasi yang dilakukan Pemprov DKI rendah, serta kedisiplinan penduduk dalam melaksanakan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, juga rendah.

Sebaliknya, jika cakupan pelacakan hingga isolasi yang dilakukan Pemprov DKI tinggi dan kedisiplinan penduduk melaksanakan 3M juga tinggi, grafik kasus Covid-19 di Jakarta diprediksi akan terus melandai hingga Desember 2020.

"Kalau kita bisa bekerja lebih cepat, kita akan cepat menanganinya," ucap Pandu.

Baca juga: Bertambah 344 Kasus Covid-19 di Jakarta, Lonjakan Tertinggi Sejak Kasus Perdana

Hingga Rabu kemarin, jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta menembus angka 13.069 pasien. Jumlah pasien bertambah 344 orang dibandingkan data terakhir pada Selasa.

Tambahan jumlah pasien positif Covid-19 dalam 24 jam terakhir itu merupakan tambahan kasus tertinggi sejak munculnya kasus pertama di Ibu Kota, pada 3 Maret 2020.

Tambahan kasus disebabkan adanya jumlah WNI yang baru tiba di Indonesia dan transit di Jakarta.

Baca juga: Update 8 Juli: Kasus Covid-19 di Jakarta Tambah 344, 54 di Antaranya WNI yang Pulang dari Luar Negeri

Tercatat 51 orang dari total penambahan kasus positif Covid-19 di Jakarta pada Rabu kemarin merupakan WNI yang baru kembali dari luar negeri.

Sementara itu, sebanyak 36 orang dari total penambahan kasus merupakan laporan kasus akumulasi dalam satu bulan terakhir yang baru dilaporkan dari salah satu laboratorium Rumah Sakit.

Sisanya, yakni 257 orang, merupakan penemuan kasus baru dari rumah sakit dan puskesmas, baik dari pasien, hasil contact tracing maupun active case finding.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Cerita Warga 'Numpang' KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Cerita Warga "Numpang" KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Megapolitan
Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Megapolitan
Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Megapolitan
Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Megapolitan
Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Megapolitan
Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Megapolitan
Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com