BEKASI, KOMPAS.com - Wahyudin, seorang wasit yang diduga jadi korban pengeroyokan dalam pertandingan sepak bola persahabatan antar kampung (tarkam) di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi mengaku sempat ditawari sejumlah uang untuk berdamai.
Adapun saat itu Wahyudin menjadi wasit dalam pertandingan sepak bola klub antara Champas FC dengan Yutaka FC.
Wahyudin mengatakan, usai dirinya dikeroyok oleh sejumlah pemain tim Champas, ia sempat diminta untuk berdamai dengan diberikan uang Rp 300.000.
“Jadi masalah damai itu ya, posisi saya udah hancur lah itu, udah lelah semua. Dia seenaknya minta damai kasih Rp 300.000. Itu pelaku dan pengurus tim juga,” kata Wahyudin saat dihubungi, Selasa (14/7/2020).
Baca juga: Video Wasit Dipukul dan Diinjak Saat Pertandingan Tarkam di Stadion Bekasi Viral
Namun, uang tersebut tak diterimanya. Wahyudin mengaku sempat berjabat tangan dengan tim Champas FC saat itu.
“Ya saya tidak terima (uang damai). Emang saya sudah berjabat tangan, istilahnya jabat tangan itu damai tetapi bukan gitu aja. Masalahnya kalau damai secara tertulis harus ada materai, makanya kita tetap berjabat tangan, terkecuali kalau dia ngajak damai ke saya secara tertulis materai saya tidak tanda tangan,” kata dia.
Ia lalu membuat laporan ke Polres Metro Bekasi.
“Saya menyatakan itu saya sudah sepakat untuk ke jalur hukum. Dia juga minta awalnya ngucap damai, awalnya minta Rp 5 juta, saya tidak terima. Terus naik lagi Rp 15 juta, Rp 20 juta, saya mikir di situ, saya tidak bisa seenaknya begitu, tidak ada harganya buat saya,” kata dia.
Baca juga: Wasit yang Dikeroyok Saat Pertandingan Tarkam di Stadion Patriot Melapor ke Polres Bekasi
Ia memilih untuk tetap menyelesaikan kasusnya ke jalur hukum. Sebab, ia tak mau nama baik dirinya bahkan wasit se-Indonesia tercemar lantaran menerima sogokan damai itu.
Apalagi dirinya telah mengantongi lisensi C2.
“Ini menyangkut nama baik pribadi saya, keluarga saya, karena saya umumnya sudah berlisensi. Kalau saya ambil jalur damai, ya otomatis semua jadi jelek, nama saya jelek, keluarga jelek, apalagi umumnya wasit seluruh Indonesia,” tutur dia.
Wahyudin menceritakan, pengeroyokan yang menimpanya berawal saat dirinya menjadi wasit dalam pertandingan tarkam sepak bola klub Yutaka FC dengan klub Champas FC.
Ia mengatakan, saat itu ia menyatakan salah satu pemain dari Champas FC melakukan offside di depan gawang Yutaka FC.
Namun, para pemain dari Champas FC tak menerima keputusan tersebut hingga akhirnya pengeroyokan terjadi.
“Saya diinjak dari belakang, pas terjatuh saya langsung diinjak-injak hingga saya kurang sadar,” ujar Wahyudin.
Wahyudin mengalami luka-luka bahkan sempat tak sadarkan diri. Ia tak mengetahui betul siapa saja pelaku pengeroyokan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.