JAKARTA, KOMPAS.com - Sahabat kami, Kurniasari Aziza atau Icha, pergi selamanya, Jumat (31/7/2020) kemarin sore. Sesaat kami semua langsung kehabisan kata-kata.
Kami tidak langsung mengucapkan Innalilahi karena berharap kabar yang kami dengar salah. Tetapi Kak Icha ternyata betul-betul pulang, kembali ke Allah.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Kemudian langsung terkenang kejadian-kejadian bahagia bersama dia.
Bagi saya, Kak Icha bukan sekadar senior di tempat kerja. Dia adalah sahabat sekaligus mentor yang menemani hari-hari saya ketika sama-sama bertugas di Balai Kota.
Dia dan Balai Kota DKI Jakarta memang punya kenangan sendiri. Mungkin, lebih dari setengah perjalanan karier Kak Icha berlangsung di sana.
Dialah yang meliput keseharian Pak Ahok selama menjabat sebagai wakil gubernur hingga gubernur. Menjadi wartawan yang datang paling pagi, tetapi pulang paling malam.
Namun di saat wartawan lain menganggap Balai Kota sebagai tempat mencari berita saja, Kak Icha justru menganggapnya seperti rumah kedua.
Dan di rumah, kita akrab dengan semua penghuni. Dari pejabat, pamdal, PNS penerima aduan warga, hingga Pak Agus pembuat kopi para gubernur, semua akrab dengan Kak Icha.
Berkat jaringannya yang sampai ke pegawai lepas itu, Kak Icha pernah dapat informasi pelantikan pejabat yang saat itu wartawan lain belum tahu.
Ternyata dia dibisiki pegawai yang siapin ruangan pelantikannya.
Etos kerja seperti itu menjadikan dia sebagai senior kebanggaan kami. Wartawan Balai Kota pun menyebutnya Bos Icha.
Baca juga: Selamat Jalan Kurniasari Aziza, Tempat Spesial untukmu di Sisi-Nya...
Kalau kesulitan menghubungi narsum, kami merengek ke Bos Icha mengajak dia konfirmasi sama-sama. Karena kalau Bos Icha yang telepon, pasti diangkat.
Saya bersyukur liputan di Balai Kota sebagai rekan satu media sehingga tidak perlu berlomba-lomba mengejar isu dengan dia. Kalau tidak, pasti capek memantau berita apa yang sudah dibuat Bos Icha.
Sudah bobol berapa berita hari ini? Mungkin itu pertanyaan yang tiap hari ditanya editor.