Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Pangeran Diponegoro di Batavia, Hampir Sebulan Menunggu Keputusan Pengasingan

Kompas.com - 16/08/2020, 11:08 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Rombongan orang-orang Eropa berkerumun di dermaga saat kapal yang membawa Pangeran Diponegoro tiba Batavia. Ada juga yang menyewa kapal-kapal kecil untuk melihat sosok yang paling dicari Belanda pada abad ke-19.

Peristiwa itu menandai jejak sejarah Pangeran Diponegoro di Stadhuis atau yang saat ini dikenal sebagai Museum Fatahillah.

Perang Jawa dengan taktik perang gerilya yang dikomandoi oleh Pangeran Diponegoro sungguh bikin Belanda kembang kempis. Akhirnya, Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda dengan tipu daya muslihat di Magelang, Jawa Tengah.

Pangeran Diponegoro berangkat dari Semarang naik kapal uap SS Van Der Cappelen. Pangeran Diponegoro tiba di Batavia pada 8 April 1830. Dari dermaga, ia dibawa ke gedung Stadhuis naik kereta milik gubernur.

Baca juga: Detik-detik Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, Lautan Manusia yang Bergelora...

Sejarawan Peter Carey dalam buku berjudul “Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jaya, 1785-1955”, menuliskan awal kedatangan Pangeran Diponegoro. Pemuda asal Skotlandia, George Frank Davidson mengisahkan kedatangan Pangeran Diponegoro di Batavia.

“Kereta gubernur (Johannes Van den Bosch) dan para ajudan berada di dermaga untuk menyambutnya (Pangeran Diponegoro). Dengan kereta itulah ia diangkut ke penjara, tempat ia diasingkan yang tak ada yang tahu letaknya di mana...” tulis George.

Replika lukisan Pangeran Diponegoro yang dilukis secara langsung oleh juru gambar, Adrianus Johannes Bik (1790-1972). Lukisan asli itu kini disimpan Rijsprentenkabinet di Rijkmuseum, Belanda.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Replika lukisan Pangeran Diponegoro yang dilukis secara langsung oleh juru gambar, Adrianus Johannes Bik (1790-1972). Lukisan asli itu kini disimpan Rijsprentenkabinet di Rijkmuseum, Belanda.

George berkata, “Orang yang bernasib malang. Betapa berubah wajahnya, hal yang sudah semestinya, tatkala ia melihat ke arah mana kereta itu bergerak”.

Pangeran Diponegoro terhenyak ketika menjejakkan kaki di jalan masuk Stadhuis. Ia tampak tak rela memasuki gedung balai kota pada masa Belanda itu yang terlihat suram.

Pangeran Diponegoro menatap sekeliling dengan gelisah. Tak ada peluang bagi Pangeran Diponegoro untuk kabur.

Pangeran Diponegoro kemudian bersama istrinya, Raden Ayu Retnoningsih dan adik perempuannya, Raden Ayu Dipowiyono masuk ke dalam dua kamar tempat pengasingannya.

Menunggu keputusan

Ruang Pangeran Diponegoro di Museum Fatahillah, Jakarta, Rabu (12/8/2020). Pangeran Diponegoro sebelum diasingkan ke Manado sempat singgah di Batavia tepatnya di Stadhuis Batavia (Balaikota Batavia) untuk ditahan selama hampir sebulan sambil menunggu keputusan dari Dewan Pengadilan Belanda.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Ruang Pangeran Diponegoro di Museum Fatahillah, Jakarta, Rabu (12/8/2020). Pangeran Diponegoro sebelum diasingkan ke Manado sempat singgah di Batavia tepatnya di Stadhuis Batavia (Balaikota Batavia) untuk ditahan selama hampir sebulan sambil menunggu keputusan dari Dewan Pengadilan Belanda.

Stadhuis era itu adalah pusat pemerintahan kolonial Belanda di Batavia. Segala macam tahanan mulai dari kasus kriminal dan politik ditempatkan di Stadhuis sebelum menerima keputusan akhir Dewan Pengadilan Belanda.

Pangeran Diponegoro pada saat itu pun demikian. Setelah ia ditangkap di Magelang, ia dibawa ke Batavia untuk menunggu keputusan dari Gubernur Jenderal Van Den Bosch terkait nasib hidupnya.

Baca juga: Napak Tilas Sejarah Taman Proklamasi, Area Pembacaan Teks Proklamasi hingga Perjuangan Tokoh Wanita

Pangerang Diponegoro tinggal di sebuah kamar lantai dua Stadhuis. Di kamar itu, ia menghabiskan waktu untuk menunggu keputusan sambil mengalami penyakit malaria.

Ia menghabiskan waktunya dengan kegiatan seperti menulis, mengunyah sirih pinang, bermain burung,

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com