TANGERANG, KOMPAS.com - Travel Blogger Trinity menulis utasan di Twitter tentang kritikannya terhadap pelayanan di terminal kedatangan internasional Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Kompas.com melakukan konfirmasi melalui pesan singkat dan Trinity tidak keberatan tulisan kritikannya tersebut dimuat dalam pemberitaan.
"Ok dong (boleh dimuat)," ujar dia saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan singkat, Minggu (27/9/2020).
Baca juga: Pelayanan Diprotes Blogger Trinity, Bandara Soekarno-Hatta Minta Maaf
Cerita singkat berawal saat Trinity baru saja melakukan perjalanan dari Turki dan hendak pulang ke Indonesia.
Dia mengeluhkan bagaimana petugas kesehatan dan petugas gugus Covid-19 di Bandara Soekarno-Hatta memperlakukan penumpang yang baru datang di Kedatangan Internasional Bandara Soekarno-Hatta.
Dalam kicauannya, Trinity mengatakan, saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 18.00 WIB, tiba-tiba petugas ditambah personel TNI dan Polri berteriak-teriak menyuruh duduk.
"Ratusan kursi udah disediakan, lalu ada petugas + tentara + polisi teriak2 nyuruh kita semua duduk dlm bhs Indonesia. Ga ada info tertulis maupun verbal kita disuruh ngapain. Bahkan bule2 juga dibentak tentara, "Hey you, come back!"," tulis Trinity.
Dia mengatakan, penumpang sudah semakin menumpuk dan semakin banyak bentakan dari petugas.
Saat itu Trinity mengaku dirinya serasa seperti sampah dan pengungsi ilegal.
Dia juga menceritakan dalam suasana tersebut tidak terlihat bagaimana seharusnya physical distancing diterapkan di bandara terbesar di Indonesia tersebut.
"Gue ambil posisi duduk agak depan n berinisiatif isi formulir pake bolpen sendiri. Sementara penumpang lainnya masih diteriakin suruh duduk, ga tau suruh ngapain. Boro2 jaga jarak! Very intimidating!" tulis dia.
Tidak hanya pelayanan yang tidak ramah dan tak ada jaga jarak yang dikeluhkan Trinity, dia juga menilai tidak ada panduan harus melakukan apa untuk bisa melanjutkan perjalanan pulang.
Trinity juga mengkritik bagaimana alur yang dia jalani di Bandara Soekarno-Hatta saat kepulangannya dari Turki tersebut begitu banyak kontak fisik.
"Formulir dan point pemeriksaan terlalu banyak, kayak ga percaya aja sampe berkali2 dicegat. Pdhl seharusnya meminimalisasi kontak, tapi ini ketemu orang dan bersentuhan dg kertas2 yg dipegang tangan berkali2." tulis Trinity.
Dia merasa pengalaman yang dia dapatkan di Bandara Soekarno-Hatta saat pulang ke tanah air bukan merupakan pelayanan yang ramah.