Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mengenang 28 September 2016

Kompas.com - 28/09/2020, 10:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


PADA pagi hari 28 September 2016, dengan mata di kepala sendiri saya menyaksikan suatu peristiwa yang menurut Menteri Hukum dan DR HAM Yasonna Laoly, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang kini Menteri Koordinator Hukum, Politik dan Keamanan, Prof DR Mahfud MD, merupakan pelanggaran hukum secara sempurna.

Pembangunan

28 September 2016 saya menyaksikan ratusan warga Bukit Duri kehilangan tempat berteduh atas nama pembangunan yang mengatasnamakan kemanusiaan dengan dalih normalisasi sungai akibat Ciliwung dianggap tidak normal.

Saya menyaksikan puluhan rumah atau lebih tepat disebut sebagai gubuk dirubuhkan atas nama pembangunan.

Saya menyaksikan kaum miskin diusir dari tempat berteduh mereka atas pembangunan demi menyejahterakan kaum miskin sementara tanah dan bangunan yang digusur masih resmi dalam proses pembangunan di PN dan PTUN.

Demi memperindah kenyataan digunakan istilah-istilah indah sebagai ikhtiar membenarkan kebijakan pengusuran kaum miskin seperti misalnya relokasi, normalisasi, cegah banjir bahkan langkah kemanusiaan demi menanggulangi kemiskinan.

Ditambah stigmasi yang digusur adalah sampah masyarakat, kriminal perampas tanah negara, penyebab banjir, perusak citra metropolitan dan aneka ragam predikat buruk lain-lainnya demi membentuk opini publik bahwa yang digusur memang bukan hanya layak namun hukumnya wajib digusur.

Ada pula keyakinan dogmatis bahwa pembangunan memang wajib disertai pengorbanan selama yang dikorbankan adalah orang lain bukan diri kita sendiri.

Memang yang bisa merasakan derita digusur hanya mereka yang digusur seperti berulang kali diungkapkan presiden Jokowi yang di masa kanak-kanak sempat tiga kali mengalami derita digusur atas nama pembangunan.

Sanubari kemanusiaan

Disebut pelanggaran hukum secara sempurna akibat tanah dan bangunan yang digusur secara de facto sekaligus de jure masih berada pada masa proses hukum di Pengadilan Negeri sekaligus juga Pengadilan Tata Usaha Negara.

Namun yang terparah membebani sanubari serta nurani kemanusiaan saya adalah kenyataan bahwa pada 28 September 2016 untuk ke sekian kalinya terbukti secara tak terbantahkan bahwa saya hanya sesosok mahluk hidup lemah yang sama sekali tidak berdaya mencegah sesama manusia menyengsarakan sesama manusia.

Masyarakat miskin dan masyarakat adat di berbagai pelosok persada Nusantara menderita akibat penatalaksanaan pembangunan secara tidak selaras agenda pembangunan berkelanjutan yang sebenarnya telah disepakati oleh negara-negara anggota PBB termasuk Indonesia sebagai pedoman pembangunan planet bumi abad XXI tanpa mengorbankan alam dan manusia.

Doa

Yang bisa saya lakukan hanya dengan penuh kerendahan hati bersujud memanjatkan doa permohonan kepada Yang Maha Kasih untuk senantiasa berkenan melimpahkan anugerah berkah, anugrah kekuatan lahir dan batin kepada sesama warga Indonesia yang masih belum bisa menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia agar pada masa pagebluk Corona dapat bertahan demi bersama menempuh perjalanan hidup nan sarat beban kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah ini. Amin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com