JAKARTA, KOMPAS.com - Manajer Proyek Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Tabah Noekman mengungkapkan, proyek revitalisasi TIM akan dilakukan secara dua tahap.
Alasan dilaksanakan menjadi dua tahap lantaran keunikan jenis bangunannya. Sebab, jenis dan karakter bangunan di TIM berbeda-beda.
Contohnya, di TIM terdapat gedung pertunjukan, gedung bioskop, perpustakaan, office, wisma, hingga bangunan pendidikan seperti planetarium.
"TIM kalau dibangun dalam satu fase sulit, karena ini multi-building. Unik sebetulnya, sebab semua unsur di TIM ada, mulai dari pendidikan, seni budaya, film, theatre, dan lain sebagainya," kata Tabah dalam keterangannya, Jumat (16/10/2020).
Baca juga: Klaim Sudah Berdamai dengan Seniman, Jakpro Lanjutkan Revitalisasi TIM
Pada tahap pertama, menurut Tabah, proyek revitalisasi TIM dimulai dan difokuskan pada Masjid Amir Hamzah, gedung parkir dan pemadam kebakaran (damkar), serta gedung perpustakaan dan wisma seni.
Sementara itu, rencananya pada tahap kedua proyek pengerjaan akan difokuskan pada gedung pertunjukan, planetarium beserta gedung yang melingkarinya.
Selain itu, pada tahap dua juga direncanakan dibangun lokasi teater halaman serta infrastruktur kawasannya.
"Harapannya dengan infrastruktur ini mengurangi efek banjir yang sering terjadi," ujarnya.
Adapun hingga saat ini, progres revitalisasi TIM, Cikini, Jakarta Pusat mencapai 38,37 persen di tengah pandemi Covid-19.
Pada pekan ini, revitalisasi tersebut telah memasuki Minggu ke-65.
Baca juga: Jakpro Lanjutkan Revitalisasi TIM, Pegiat Seni: Apa Dikata, Sudah Terjadi
Revitalisasi TIM sempat dihentikan sementara lantaran ditolak kalangan seniman.
Direktur Utama PT Jakpro Dwi Wahyu Daryoto sebelumnya mengklaim kalangan seniman tidak lagi memprotes proyek revitalisasi.
"Revitalisasi sudah dilanjutkan sejak sebelum Lebaran. Sekarang sudah enggak ada protes (dari seniman)," ucap Dwi di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Senin (13/7/2020).
Ia menyebutkan, Jakpro sudah duduk bersama para seniman untuk menampung masukkan para pegiat seni tersebut.
Meski demikian, menurut dia tak semua masukan dan keinginan bisa dipenuhi.
"Seniman memberikan masukan soal segala macam. Sudah kita akomodasi misalnya memberi tempat latihan (berkesenian). Tapi, tidak semua kita akomodasi, kalau desain (gedung), enggak bisa," ujarnya.
Baca juga: Proyek Revitalisasi TIM Dibawa ke Senayan, Anies Klaim Tak Cari Untung hingga Dimoratorium
Dwi membantah protes para seniman sebelumnya yang mengaku bakal ada komersialisasi di TIM. Jakpro hanya melakukan optimalisasi dengan adanya beberapa perbaikan.
"Optimalisasi beda dengan komersialisasi. Kita meminimalisasi biaya yang ditanggung oleh Pemprov. Kan kita harus memutar otak bagaimana supaya biaya rutin pemeliharan enggak menjadi besar dan bersumber dari APBD. Jangan kembali lagi kepada konsep komersialisasi," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.