Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka Tukang Gali Harian di Tengah Pandemi, Bertahan dengan Rp 250.000 Sebulan

Kompas.com - 31/10/2020, 07:07 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sabrina Asril

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Tertawa dan bersyukur bagi Wari (55), Kasuad (50), dan Danu (52) seperti obat ampuh di saat menghadapi pandemi Covid-19.

Mereka dibuat pusing lantaran terlilit utang harian dan urusan nafkah keluarga di kampung. Berusaha sambil berharap untuk terus dapat bekerja selalu mereka lakukan setiap hari.

Rabu (28/10/2020) siang itu, Wari, Kasuad, dan Danu duduk di pinggir Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta.

Wari dan Kasuad duduk di pingir selokan, sedangkan Danu duduk di sebidang tanah di pinggir jalan.

Mereka adalah para tukang gali harian yang menjajakan jasanya setiap hari di pinggi Jalan Adhyaksa.

Baca juga: Kisah Tukang Galian asal Brebes, Setia Menunggu Kerja di Lebak Bulus sejak Puluhan Tahun Lalu

"Pas pandemi itu penghasilan turun drastis. Turun 75 persen. Kalau sebulan bisa dapat Rp 1 juta, sekarang paling dapat Rp 250.000," kata Danu saat ditemui Rabu lalu.

Gelak tawa keluar saat berbicara berkurangnya pekerjaan. Namun, raut muka jelas terlihat jika mereka membicarakan pekerjaan mereka.

Curahan hati mereka terdengar di tengah kenalpot motor yang kerap meraung-raung di telinga.

"Cari makan susah banget buat kebutuhan di rumah. Enggak kayak biasanya, sebulan cuma libur sehari dua hari. Sekarang Pemasukan enggak ada. Proyek sekarang kan banyak dikurangi. Tukang gali dari Brebes ngeluh semua karena pandemi Covid-19," kata Danu.

Para tukang gali harian sedang duduk menunggu pengguna jasa mereka di pinggir selokan Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta pada Rabu (28/10/2020) siang. Para tukang gali harian ini mayoritas berasal dari Brebes, Jawa Tengah dan sudah mengadu nasib di Jakarta selama puluhan tahun.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Para tukang gali harian sedang duduk menunggu pengguna jasa mereka di pinggir selokan Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta pada Rabu (28/10/2020) siang. Para tukang gali harian ini mayoritas berasal dari Brebes, Jawa Tengah dan sudah mengadu nasib di Jakarta selama puluhan tahun.

Baginya keluhan jelas ada. Hidup di Jakarta bersama teman-teman baginya adalah hiburan. Tak ada pekerjaan, mereka tetap tertawa dan bersyukur.

Hantaman pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh Kasuad. Sudah empat bulan terakhir, ia hanya bisa bekerja selama dua minggu jika ditotal. Kiriman ke kampung mampet.

Baca juga: Cerita Tukang Gali, Bertahan di Tengah Gerusan Mesin

 

Utang jadi pilihan. Tutup lubang lama, gali lubang yang baru.

"Makanya di kampung teriak-teriak mulu. Kadang pulang ke kampung, enggak bawa duit. Pas-pasan terus," kata Kasuad yang berasal dari Desa Karang Bandung, Petanggungan, Brebes, Jawa Tengah.

Kasuad (50), sebelah kanan; Wari (55), sebelah kiri tukang galian harian yang biasa menunggu pengguna jasa mereka di pinggir selokan Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta pada Rabu (28/10/2020) siang. Para tukang gali harian ini mayoritas berasal dari Brebes, Jawa Tengah dan sudah mengadu nasib di Jakarta selama puluhan tahun.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Kasuad (50), sebelah kanan; Wari (55), sebelah kiri tukang galian harian yang biasa menunggu pengguna jasa mereka di pinggir selokan Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta pada Rabu (28/10/2020) siang. Para tukang gali harian ini mayoritas berasal dari Brebes, Jawa Tengah dan sudah mengadu nasib di Jakarta selama puluhan tahun.

Dalam kondisi yang dihadapi Kasuad, istrinya memaklumi. Istri Kasuad hanya berpesan untuk sabar dan yang terpenting adalah berdoa.

"Pandemi ini sepi kerja. Ini yang parah. Sebelum pandemi, masih kirim duit. Pas pandemi sama sekali enggak bisa kirim," ujar Kasuad.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com