JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga bocah yang menangis dan ditemukan petugas PPSU Roa Malaka di bawah jembatan Pasar Pagi, Tambora, pada Senin (9/11/1010) lalu, mengaku dipukuli oleh remaja yang menelantarkan mereka karena menolak mencuri.
"Kalau enggak mau maling ditinggalin, terus digebukin. Pernah digebukin di tempat gelap," ujar bocah korban berinisial RR ketika ditemui, Rabu (11/11/2020).
Di samping itu, RR mengaku pernah dipaksa menggunakan lem aibon dan minum minuman keras. Ia juga dipaksa mengamen oleh remaja tersebut.
RR menyatakan, ada dua remaja yang melakukan hal tersebut.
Baca juga: Ogah Disuruh Mencuri, Tiga Bocah Ditelantarkan di Kolong Jembatan di Tambora
Salah satu remaja tersebut memiliki tato bintang di pelipis, sementara satu orang lainnya memiliki tato di bagian lengan.
RR mengaku mengenal kedua remaja tersebut baru-baru ini. Ia mengenalnya di sekitar kawasan Senen.
Selama ini RR tinggal di jalanan setelah kedua orangtuanya meninggal dunia.
"Orangtua udah meninggal. Kakek juga sudah meninggal," ucapnya.
Sementara, dua anak lainnya, RM (9) dan N (5) merupakan kakak beradik. RM menyatakan bahwa orangtuanya tinggal di daerah Kemayoran.
Ketiga anak tersebut kini berada di GOR Cengkareng, yang merupakan lokasi shelter Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.
Rencananya, petugas akan memulangkan RM dan N ke rumahnya di Kemayoran pada hari ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.