Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/11/2020, 06:41 WIB
Ihsanuddin,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sarman (34) duduk di atas sepeda motornya sore itu. Pengemudi ojek online ini tengah menunggu order yang masuk ke telepon genggamnya.

Namun, berbeda dengan pengemudi ojek online lain, Sarman menunggu order sambil menjajakan barang dagangannya.

Ia langsung mengangkat dagangannya tinggi-tinggi tiap kali ada pengguna jalan yang melintas. Di spakboard motornya juga ditempeli tulisan 5.000, yang menandakan harga dagangannya.

Sarman kini terpaksa menjadi pengemudi ojek online sambil berjualan akibat dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Sejak pandemi melanda Tanah Air pada 2 Maret lalu, order dari pelanggan yang masuk turun hampir dua kali lipat.

Baca juga: Kisah Manusia Silver Bertahan di Tengah Pandemi: Kulit Iritasi, Sempat Terpikir Jadi Pencuri

Akibatnya, penghasilan bapak dua anak ini juga menurun drastis.

"Kalau dulu sehari bisa Rp 140.000, semenjak corona ini ya paling hanya dapat Rp 70.000. Itu pun masih kotor," kata Sarman saat ditemui Kompas.com di pinggir jalan di kawasan Tangerang Selatan, Rabu (18/11/2020).

Sarman mengatakan, penghasilan dari Ojol itu jelas tak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Untuk kontrakan saja, tiap bulannya harus keluar Rp 500.000.

Belum lagi ditambah listrik Rp 200.000. Kemudian ia juga mempunyai utang koperasi dengan cicilan Rp 1,3 juta dan masih tersisa 5 bulan pembayaran lagi.

Lalu masih banyak lagi biaya yang perlu dikeluarkan untuk kebutuhan makan, rumah tangga, hingga sekolah anak.

Baca juga: Kisah Inu Ubah Pelepah Pisang Jadi Kerajinan Bernilai Jual

"Saya juga bingung kadang-kadang, sejak corona ini paling sehari orderan yang masuk cuma tiga sampai empat kali," kata Sarman yang sudah menjadi pengemudi ojek online sejak 2017.

Berjualan camilan

Oleh karena itu lah, ia memutuskan untuk berjualan sejumlah camilan seperti kerupuk ikan, keripik singkong, dan stick balado.

"Daripada cuma bengong atau nongkrong enggak jelas, mending sambil jualan," kata dia.

Sarman mengatakan, ia mendapat camilan untuk bahan jualan itu dari pasar. Ia membeli secara borongan, lalu kemudian dikemas ke ukuran yang lebih kecil. Satu kemasan snack itu ia jual dengan harga Rp 5.000.

"Kalau untungnya saya hitung-hitung sih Rp 1.500 per bungkusnya," kata dia.

Baca juga: Kisah Kakek Suharto Hidupi Istri dan 6 Anak dengan Rp 20.000 Per Hari di Masa Pandemi

Dari berjualan itu, Sarman pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Jika dalam sehari terjual 20 bungkus saja, maka ia sudah mendapat untung Rp 30.000.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com