JAKARTA, KOMPAS.com - Sarman (34) duduk di atas sepeda motornya sore itu. Pengemudi ojek online ini tengah menunggu order yang masuk ke telepon genggamnya.
Namun, berbeda dengan pengemudi ojek online lain, Sarman menunggu order sambil menjajakan barang dagangannya.
Ia langsung mengangkat dagangannya tinggi-tinggi tiap kali ada pengguna jalan yang melintas. Di spakboard motornya juga ditempeli tulisan 5.000, yang menandakan harga dagangannya.
Sarman kini terpaksa menjadi pengemudi ojek online sambil berjualan akibat dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Sejak pandemi melanda Tanah Air pada 2 Maret lalu, order dari pelanggan yang masuk turun hampir dua kali lipat.
Baca juga: Kisah Manusia Silver Bertahan di Tengah Pandemi: Kulit Iritasi, Sempat Terpikir Jadi Pencuri
Akibatnya, penghasilan bapak dua anak ini juga menurun drastis.
"Kalau dulu sehari bisa Rp 140.000, semenjak corona ini ya paling hanya dapat Rp 70.000. Itu pun masih kotor," kata Sarman saat ditemui Kompas.com di pinggir jalan di kawasan Tangerang Selatan, Rabu (18/11/2020).
Sarman mengatakan, penghasilan dari Ojol itu jelas tak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Untuk kontrakan saja, tiap bulannya harus keluar Rp 500.000.
Belum lagi ditambah listrik Rp 200.000. Kemudian ia juga mempunyai utang koperasi dengan cicilan Rp 1,3 juta dan masih tersisa 5 bulan pembayaran lagi.
Lalu masih banyak lagi biaya yang perlu dikeluarkan untuk kebutuhan makan, rumah tangga, hingga sekolah anak.
Baca juga: Kisah Inu Ubah Pelepah Pisang Jadi Kerajinan Bernilai Jual
"Saya juga bingung kadang-kadang, sejak corona ini paling sehari orderan yang masuk cuma tiga sampai empat kali," kata Sarman yang sudah menjadi pengemudi ojek online sejak 2017.
Oleh karena itu lah, ia memutuskan untuk berjualan sejumlah camilan seperti kerupuk ikan, keripik singkong, dan stick balado.
"Daripada cuma bengong atau nongkrong enggak jelas, mending sambil jualan," kata dia.
Sarman mengatakan, ia mendapat camilan untuk bahan jualan itu dari pasar. Ia membeli secara borongan, lalu kemudian dikemas ke ukuran yang lebih kecil. Satu kemasan snack itu ia jual dengan harga Rp 5.000.
"Kalau untungnya saya hitung-hitung sih Rp 1.500 per bungkusnya," kata dia.
Baca juga: Kisah Kakek Suharto Hidupi Istri dan 6 Anak dengan Rp 20.000 Per Hari di Masa Pandemi
Dari berjualan itu, Sarman pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Jika dalam sehari terjual 20 bungkus saja, maka ia sudah mendapat untung Rp 30.000.