JAKARTA, KOMPAS.com - Sejarah angkutan berbasis rel di Jakarta (dahulu Batavia) dimulai dengan beroperasinya jalur kereta api Batavia-Buitenzorg (Bogor) dengan titik awal keberangkatan Stasiun Batavia Hoofdstasion, stasiun kereta api pertama di Jakarta.
Saat ini, bangunan Stasiun Batavia Hoofdstasion atau yang dikenal juga sebagai Stasiun Batavia NISM sudah hilang ditelan zaman.
Bekas lokasi stasiun ini ada di belakang kompleks Museum Seni Rupa dan Keramik, berjarak sekitar 200 meter di sisi utara Stasiun Jakarta Kota.
Riwayat mengenai Stasiun Batavia Hoofdstasion, yang dalam bahasa Indonesia berarti Stasiun Pusat Batavia, dimulai dari mencuatnya gagasan pembangunan jalur kerata api di Batavia menuju Buitenzorg pada 1846.
Berdasarkan catatan dalam laman heritage.kai.id, kala itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda J J Rochussen terobsesi untuk menghubungkan Batavia dan Buitenzorg dengan jalur kereta api demi mempermudah urusan ekonomi serta komunikasi pemerintahan.
Pada era kolonial, Kota Batavia merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi, sedangkan Buitenzorg merupakan kota asri yang menjadi kediaman favorit para petinggi pemerintah Hindia Belanda.
Jadi wajar saja bila pemerintah kolonial ingin membangun insrastruktur yang dapat mengubungkan kedua kota ini.
Baca juga: Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan
Meski jalur kereta api Batavia-Buitenzorg sudah dicanangkan sejak jauh hari, sejarah mencatat jalur kereta api pertama yang resmi beroperasi di Hindia-Belanda adalah jalur yang menghubungkan Stasiun Kemidjen di Semarang dengan Stasiun Tanggoeng di Grobogan, Jawa Tengah.
Jalur kereta api pertama di Nusantara tersebut resmi beroperasi pada 10 Agustus 1867.
Keberadaan jalur kereta yang menopang perkembangan industri gula di Jawa Tengah ini memicu kemunculan pembangunan jalur-jalur kereta api lainnya di Pulau Jawa, termasuk di Batavia.
Dalam perkembangannya, pembangunan jalur kereta api pertama di Batavia akhirnya baru dimulai pada 15 Oktober 1869.
Pemerintah mempercayakan proyek ini kepada perusahaan kereta api swasta Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang sebelumnya dinilai sukses membangun jalur kereta api Semarang-Tanggoeng.
Peletakan batu pertama proyek ini ditandai melalui upacara yang dihadiri Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat itu, P Myer.
Proyek jalur kereta api sepanjang 56 kilometer tersebut dibangun dalam tiga tahapan.
Bagian pertama yang dibangun adalah jalur sepanjang 6 kilometer penghubung Stasiun Batavia Hoofdstation dengan Stasiun Weltervreden (cikal bakal Stasiun Gambir) di Jakarta Pusat.