JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen tempe di Kampung Tempe, Sunter, Jakarta Utara, Sunoto (40) mulai kembali memproduksi tempe usai tiga hari mogok kerja.
Namun, Sunoto masih mengeluhkan harga kacang kedelai yang masih tinggi.
"Tiga hari itu mogok, pas hari libur, Jumat, Sabtu, Minggu, kalau hari ini sudah produksi," kata Sunoto saat diwawancarai di sela pembuatan tempe.
"Cuma masih sedikit, pada ngeluh karena harga kacangnya masih mahal banget, belum turun," lanjutnya.
Baca juga: Tempe di Tangsel Cepat Ludes meski Harga Naik Jadi Rp 10.000
Harga kacang kedelai yang awalnya seharga Rp 7.000 naik menjadi Rp 9.000 per kilogram.
Oleh sebab itu harga tempe di pasaran menjadi naik sebesar Rp 1.000.
"Terkadang harganya naiknya Rp 1.000, harga Rp 5.000 ke Rp 6.000. Kalau ukuran dikurangi kadang kadang pembelinya banyak komplain," ujar Sunoto.
Baca juga: Perajin Tempe Tahu di Kota Tangerang Terpaksa Menaikkan Harga
Dalam satu hari Sunoto biasa memproduksi hingga 30 kilogram kacang kedelai.
Sejak kenaikan harga tempe, Sunoto mengaku produksinya berkurang hingga 20 persen.
Sunoto bahkan menyebut bila tidak sedang pandemi Covid-19, banyak pengrajin yang berunjuk rasa karena kenaikan harga kedelai.
"Sebelumnya sudah naik, tapi didiemin kok masih segitu harga kacang. Kalau enggak musim Covid-19 mungkin kami sudah turun ke jalan. Tapi ini pandemi jadi enggak bisa keluar, jadinya kami ambil mogok tiga hari itu," ucap Sunoto.
Sebelumnya, Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta memastikan para perajin tahu tempe telah melakukan mogok produksi sejak malam tahun baru atau 1-3 Januari 2021.
Hal tersebut sebagai respons perajin terhadap melonjaknya harga kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.