Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jabar Disebut Siap Rekonsiliasi Data Selisih Kasus Covid-19 di Depok

Kompas.com - 14/01/2021, 15:41 WIB
Vitorio Mantalean,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kota Depok, Jawa Barat, sudah berbulan-bulan melaporkan adanya selisih data kasus Covid-19 yang cukup lebar antara data real-time versi mereka dengan data pemerintah pusat dan provinsi.

Sebetulnya, fenomena ini bukan hanya terjadi di Depok, melainkan juga di banyak daerah di Indonesia sejak berbulan-bulan lalu.

Khusus Depok, pada pertama Januari, selisihnya mencapai 5.068 kasus positif Covid-19. Pada pekan kedua, selisih mencapai 4.060 kasus positif.

Dalam selisih lebar ini, selisih data kematian bahkan tembus sekitar 50 persen antara data versi real-time Depok dengan data pemerintah pusat dan Jawa Barat.

Baca juga: Serbaneka Selisih Data Covid-19 Depok dan Nasional Saat Pandemi Sudah 10 Bulan

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana menyebut, kini Pemprov Jawa Barat melalui Pikobar (Pusat (Informasi Korona Jawa Barat) sudah membuka pintu bagi dilakukannya rekonsiliasi data.

"Kemarin Provinsi alhamdulillah sudah merespons. Pikobar akan melakukan rekonsiliasi," kata Dadang kepada wartawan di RS Universitas Indonesia, Kamis (14/1/2021).

Sebelumnya, upaya rekonsiliasi ini sudah diupayakan Depok dan Kementerian Kesehatan.

Namun, pihak Provinsi, dalam hal ini Pikobar, disebut tak melakukan intervensi sehingga akses bagi rekonsiliasi data terhambat.

Data kasus Covid-19 yang dilaporkan di level Provinsi dan Pusat pun jadi tidak akurat, sebab data real-time versi Depok lebih besar jumlahnya. Perbedaan data ini dikhawatirkan berimbas pada perumusan kebijakan.

Baca juga: Selisih Data Laporan Corona Daerah-Pusat Semakin Besar, Apa Dampaknya?

"Sudah akan dilakukan rekonsiliasi dan difasilitasi oleh Pikobar. Nanti akan menggunakan data real-time karena Depok tidak bisa menggunakan dua data. Tetap menggunakan satu data," jelasnya.

"Ini kunci awal untuk valid atau tidaknya zonasi. Valid atau tidaknya zonasi ditentukan oleh validitas data," kata Dadang.

Selisih kasus Covid-19 antara Depok dengan pemerintah pusat diklaim sudah dilaporkan pada Oktober 2020, ketika selisih data masih 600-an kasus.

Dalam sengkarut pelaporan ini, Dadang mengungkapkan bahwa pihaknya pernah diminta agar menggunakan 2 data, yakni data untuk publikasi dan data real-time.

Ia tak menjelaskan lebih jauh konteks permintaan ini, oleh siapa, kapan, dan untuk kepentingan apa.

Baca juga: Data Covid-19 Beda Jauh dengan Kemenkes, Depok Berpegang pada Data Real-time

"Pada saat yang lalu kami, kabupaten/kota, diajak ataupun diminta mengikuti data rilis yang sama dengan pemerintah pusat untuk kepentingan publikasi, diarahkan untuk menggunakan 2 data, data published (publikasi) dan data real-time, tetapi Kota Depok tidak bisa memenuhi itu," jelas Dadang, Kamis pekan lalu.

"Kota Depok tetap paradigmanya menggunakan data real-time. Yang Kota Depok publish adalah data real-time karena ini menyangkut keselamatan manusia," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com