Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Depok Disebut Paling Lalai Jaga Jarak, Wali Kota Pertanyakan Klaim Ridwan Kamil

Kompas.com - 19/01/2021, 16:00 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Wali Kota Depok Mohammad Idris berharap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berhati-hati setiap kali membuat pernyataan yang basis datanya belum jelas.

Pasalnya, sudah dua kali Ridwan Kamil membuat pernyataan sepihak soal Depok dalam hal pandemi Covid-19.

Teranyar, kemarin Ridwan Kamil menyebut Depok sebagai wilayah dengan kepatuhan jaga jarak yang paling rendah, tanpa membeberkan keabsahan data di balik pernyataan itu.

Ridwan hanya menyebutkan melalui akun Instagram pribadinya, bahwa data tersebut diperoleh dari "survei mingguan yang dilakukan ribuan polisi, TNI, dan Satpol PP, yang bertugas memonitor dan melaporkan prokes di ruang publik via apps (aplikasi, red.) khusus".

Baca juga: Ridwan Kamil: Kota Bekasi Paling Taat Protokol Kesehatan Se-Jabar, Depok Paling Tidak Taat

"Saya tidak mengatakan itu tidak benar, tapi tolong standar penilaiannya. Dan dipikirkan kembali, kalau seorang pejabat tinggi mengeluarkan statemen, itu harus dilihat, ditimbang maslahatnya, mafsadatnya, mudharatnya seperti apa," kata Idris kepada wartawan, Selasa (19/1/2021).

"Pernyataan sebelumnya tentang siaga 1 juga kami minta klarifikasi, standar penilaiannya kayak apa. Jadi, biasa, transparansi dalam penilaiannya, bukannya kami menolak kritik," ujar dia.

Pada 5 Januari 2021, Depok juga disebut Ridwan Kamil sebagai wilayah "siaga 1" karena 4 pekan masuk zona merah, tanpa dijelaskan maksud status itu.

Kala itu, Idris juga mempertanyakan dasar Ridwan membuat pernyataan itu.

Kini, soal "jaga jarak" yang dipersoalkan Ridwan di Depok, Idris pun mempertanyakan dasarnya. Sebab, hingga sekarang masih ada perdebatan soal jarak ideal yang harus dijaga, entah 1 meter, 2 meter, atau 2,5 meter.

"Coba statemen-statemen ini diklarifikasi. Kasih tahu saja standarnya seperti apa, kalau memang untuk maslahat, jangan sampai keinginan kita baik, tapi mendatangkan mudharat yang lebih besar," sebut Idris.

"Kami merasakan pandemi yang semuanya mencemaskan, jangan sampai membuat cemas lagi. Kalau mendatangkan maslahat ya tidak apa-apa," tambahnya.

Baca juga: Warga Depok Disebut Paling Tak Patuh Jaga Jarak, Kasatpol PP: Jangan-jangan karena Rajin Razia

Walaupun pernyataan Ridwan soal Depok sebagai wilayah paling tak patuh jaga jarak belum jelas dasarnya, namun Idris tetap berharap pernyataan tersebut dapat menjadi pecut bagi seluruh pihak agar lebih perhatian terhadap pentingnya menjaga jarak.

"Mari sama-sama di dalam menghadapi pandemi seperti ini yang kita bangun adalah semangat," ucap Idris.

"Sekarang RS-RS ICU-nya sudah penuh, kita tetap ikhtiar mencari jalan keluar. Memang 3T (testing, tracing, treatment) kan mahal, tapi kita harus berkorban semuanya," ujar dia.

Hingga data diperbarui kemarin, pandemi Covid-19 di Depok masih gawat dengan 4.284 pasien yang tengah menjalani isolasi maupun dirawat di rumah sakit.

Sementara itu, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok mengeklaim, kemarin 84 persen tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit sudah terisi, dan hanya tersisa 8 persen ruang ICU Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com