Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Covid-19 IDI: Menambah RS Covid-19 Tidak Menyelesaikan Masalah

Kompas.com - 20/01/2021, 13:43 WIB
Singgih Wiryono,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Erlina Burhan mengatakan, menambah rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 bukan menjadi solusi mengatasi pandemi yang semakin memburuk di Indonesia, khususnya Jakarta.

"Karena kalau kita main-main menambah kapasitas RS, main di hilir itu tidak menyelesaikan masalah Covid-19," kata Erina saat dihubungi melalui telepon, Rabu (20/1/2021).

Erlina mengatakan, semestinya pemerintah baik dari pemerintah pusat maupun Pemprov DKI Jakarta lebih mengoptimalkan pencegahan penyebaran Covid-19.

"Menurut saya harus lebih keras dan lugas dalam pencegahan! Harus lebih fokus pada pencegahan," kata Erlina.

Baca juga: Warga Depok Meninggal di Taksi Online Usai Ditolak 10 RS Covid-19, Bukti Pandemi Makin Gawat

Bertambahnya kasus Covid-19 di seluruh Indonesia dan juga DKI Jakarta memberikan dampak yang signifikan terhadap kapasitas RS Covid-19.

Erlina bahkan mengatakan RS rujukan Covid-19 di beberapa daerah khususnya di Jakarta sudah penuh beberapa pekan lalu.

"Sudah beberapa pekan atau bahkan bulan ini rumah sakit penuh terus. Jadi saya melihat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat memprihatinkan," kata Erlina.

Lonjakan kasus Covid-19 telah menyebabkan fasilitas kesehatan di wilayah Jabodetabek "lumpuh".

Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta hingga 17 Januari 2021, tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di Jakarta sudah terisi hingga 87 persen dari total 7.827 tempat tidur di 101 rumah sakit rujukan.

Padahal, Jakarta memiliki fasilitas kesehatan lebih banyak dan lengkap dibandingkan daerah lain.

Tak hanya dialami Jakarta, fasilitas kesehatan di kota-kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi juga "lumpuh".

Baca juga: Kisah Perjuangan Ibu dan Bayi Positif Covid-19 Masuk ICU, Sempat Telepon 60 RS di Jabodetabek

Pekan lalu, Lapor Covid-19 melaporkan seorang warga domisili Depok, Jawa Barat, meninggal di taksi online dalam keadaan menderita gejala Covid-19.

Ia meninggal dalam perjalanan mencari rumah sakit yang menerima pasien Covid-19.

Sebelumnya, dia telah ditolak oleh 10 rumah sakit. Insiden tersebut terjadi pada 20 Desember lalu, berdasarkan laporan keluarga yang diterima oleh Lapor Covid-19.

"Anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak 10 rumah sakit rujukan Covid-19," ujar Lapor Covid-19 dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/1/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com