JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti pada laboratorium transportasi Unika Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah, Djoko Setijowarno mengatakan, kondisi lalu lintas di Jakarta tidak bisa diukur pada saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Sebab, mobilitas masyarakat berkurang lantaran ada pembatasan kegiatan dan aktivitas, terlebih Jakarta menerapkann aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak awal pandemi Covid-19.
Selama pandemi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan di rumah. Kondisi ini juga terjadi di seluruh kota di dunia.
Karenanya, dia menyebut, penilaian Jakarta keluar dari daftar 10 kota termacet di dunia tidak akurat.
"Kalau kondisinya abnormal tidak bisa dinilai sebenarnya," kata Djoko kepada Kompas.com, Kamis (21/1/2021).
Baca juga: Terapkan PSBB, Jakarta Keluar dari 10 Besar Kota Termacet Dunia
Djoko menuturkan, pandemi bisa menjadi peluang bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memperbaiki kondisi angkutan umum di Ibu Kota, yakni dengan menambah kapasitas.
"Kapasitasnya ditambah. Jadi bisnya semua double decker, umpamanya. Waktunya dari 10 menit jadi 5 menit, umpamanya begitu. Sehingga orang tidak berjubelan di dalam armada bus," kata Djoko.
Pemprov DKI Jakarta sebelumnya mengumumkan bahwa Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet dunia, menurut lembaga TomTom Traffic Index. Hasil penilaian tersebut diunggah oleh akun Instagram resmi Pemprov DKI Jakarta.
"Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang," tulis akun Pemprov DKI Jakarta @DKIJakarta, Minggu (17/1/2021).
Baca juga: Jakarta Keluar dari Daftar Kota Termacet di Dunia, Apa Indikator Penilaiannya?
Peringkat tersebut merupakan hasil penilaian tingkat kemacetan tahun 2020 yang kini berada di angka rata-rata 36 persen.
Angka rata-rata kemacetan tersebut jauh berkurang dibandingkan tahun 2019 yang dicatat TomTom mencapai 53 persen. Pada tahun 2019 Jakarta berada di peringkat 10 kota termacet di dunia.
Adapun catatan penilaian TomTom, tingkat kemacetan Jakarta di tahun 2020 berada di titik terendah saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) April 2020.
Pada April 2020, tingkat kemacetan hanya mencapai 11 persen saja. Sedangkan tingkat kemacetan tertinggi pada tahun 2020 tercatat sebelum kasus Covid-19 ditemukan di Indonesia, atau pada Februari 2020 dengan angka kemacetan sebesar 61 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.