Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut Izin Edar GeNose C19 Seharusnya Diterbitkan untuk Riset

Kompas.com - 26/01/2021, 19:54 WIB
Rosiana Haryanti,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono menilai, izin edar GeNose C19 seharusnya dimanfaatkan untuk penyempurnaan alat.

Menurut dia, alat tersebut masih dalam fase eksperimental dan belum bisa menggantikan pengecekan Covid-19 yang saat ini sudah ada.

"Menurut saya, walaupun diizinkan beredar, sementara setahun, itu tujuannya supaya disempurnakan, dipelajari secara lebih luas," kata Pandu kepada Kompas.com, Selasa (26/1/2021).

Pandu menjelaskan, GeNose C19 mendeteksi volatile organic compunds yang dikeluarkan dari mulut dan kerongkongan orang yang diduga terinfeksi Covid-19.

Metode tidak langsung ini, menurut Pandu, belum efektif untuk mendeteksi apakah orang tersebut telah terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Baca juga: Epidemiolog Sebut GeNose C19 Belum Bisa Gantikan Tes Covid-19

Sebab, volatile organic compunds yang keluar dari kerongkongan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penyakit saluran napas, makanan, rokok, dan lain-lain.

"GeNose tidak mendeteksi Covid-19. Alat itu hanya berusaha mendeteksi volatile organic compounds yang dikeluarkan dari mulut dan kerongkongan orang yang diduga terinfeksi Covid-19," kata dia.

Pandu khawatir, alat ini memberikan hasil negatif palsu yang dapat memengaruhi psikologi masyarakat.

Oleh karenanya, Pandu menyarankan agar pemerintah memaksimalkan penggunaan metode tes yang saat ini digunakan.

"Jadi menurut saya, janganlah (alat) ini dipakai untuk layanan di semua moda transportasi. Boleh saja dipakai di satu tempat moda transportasi yang sifatnya bagian dari penelitian, penyempurnaan di lapangan, bukan untuk layanan publik," tutur Pandu.

Baca juga: Mengenal GeNose, Tarif, dan Efektivitas dalam Mendeteksi Covid-19

Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Bambang Brodjonegoro sebelumnya mengatakan, GeNose C19 telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

GeNose C19 adalah alat deteksi cepat Covid-19 yang dikembangkan oleh penliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Alat ini diklaim memiliki tingkat sensitivitas 92 persen dan tingkat spesivitas sekitar 95 persen. Adapun harga per unitnya dibanderol Rp 62,17 juta.

"GeNose dengan harga Rp 62 juta, bisa dipakai untuk 100.000 kali pengujian dan sudah mendapatkan izin edar Kemenkes dengan tingkat akurasi di atas 90 persen," kata Bambang saat rapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (18/1/2021).

Baca juga: Menristek: GeNose C19 Sudah Dapat Izin Edar, Harga per Unit Rp 62 Juta

Alat ini menurut rencana akan dipakai di stasiun. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, GeNose C19 akan digunakan mulai 5 Februari 2021.

Tak hanya stasiun, Budi menyebutkan, alat ini juga akan digunakan di terminal. Namun, pengecekan di terminal akan dilakukan secara random.

"Sedangkan angkutan bus tidak wajib, tapi akan dilakukan pengecekan secara random menggunakan GeNose mulai 5 Februari 2021, yang akan dimulai dari Pulau Jawa terlebih dahulu," ucap Budi dalam keterangan tertulis, Minggu (24/1/2021).

Keputusan untuk menggunakan GeNose C19 pada moda transportasi kereta api dan bus dilakukan karena harga tiket pada rute tertentu lebih murah daripada pengecekan tes Covid-19 melalui rapid test antigen maupun PCR test.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com