Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Tak Kunjung Usai, Pedagang Warteg: "Keuntungan Saya Rp 0, Malah Rugi"

Kompas.com - 05/02/2021, 05:55 WIB
Muhammad Naufal,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Sekitar 50 warung tegal (warteg) menutup usaha mereka sejak merebaknya virus Covid-19 di Kota Tangerang, Banten pada Maret 2020 silam karena kurangnya pemasukan.

Seperti salah satu pemilik warteg yang gulung tikar, yaitu Akhmad Khojin (52).

Akhmad mengatakan, dirinya menutup wartegnya yang berada di Jalan Aria Wangsakara, Karawaci itu sejak bulan Oktober 2020 lalu.

"Lingkungan warteg saya itu pabrik. Sedangkan, pabriknya karena Covid-19 mengurangi karyawan pabrik. Ada juga pabrik yang karyawannya seminggu libur dan seminggu libur," urai Akhmad ketika dikonfirmasi, Kamis (4/2/2021) sore.

Baca juga: Kalah Saing hingga Omzet Merosot, Puluhan Pengusaha Warteg di Tangerang Gulung Tikar

Hal tersebut, kata Akhmad, membuat pendapatan dari usaha miliknya menurun sangat drastis.

Sebelum ada pandemi Covid-19, Akhmad mengaku bahwa dirinya mampu mendapatkan keuntungan hingga Rp 10.000.000 tiap bulan.

"Tapi karena pandemi, keuntungan saya Rp 0 karena rugi biaya operasional," tuturnya.

"Selain itu, rugi tenaga juga. Karena tidak ada karyawan. Istilahnya, pendapatan per hari hanya untuk mutar belanjaan untuk hari esok," imbuh Akhmad.

Baca juga: 50 Persen Warteg di Jabodetabek Terancam Gulung Tikar Tahun Ini

Pria 52 tahun itu mengaku, rata-rata wartegnya hanya mendatangkan sekitar 25 pembeli saat pandemi menerpa. 

Padahal bila dibandingkan dengan sebelum adanya pandemi, Akhmad mampu mendatangkan sekitar 100 pembeli.

Hal tersebut yang membuat Akhmad memutuskan untuk menghentikan operasional usaha wartegnya.

Baca juga: Pendapatan Terus Turun, Sebagian Pedagang Warteg Pilih Pulang Kampung

Di satu sisi, terdapat pula pemilik warteg yang tetap membuka usahanya di saat sepi pembeli, yaitu Nungki.

Pemilik usaha makanan di Jalan Satria Sudirman, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang itu mengaku bahwa pengunjungnya berkurang sebanyak 90 persen karena pandemi.

"Karena banyak yang work from home (WFH), pengunjung di warteg saya ini sangat sedikit sekali. Sehari itu bisa cuma satu atau dua orang," tutur Nungki melalui sambungan telepon, Kamis sore.

Perempuan 41 tahun itu berujar, dirinya harus meminimalisir pengeluaran agak tidak merugi terlalu banyak.

Contohnya, Nungki tidak lagi membuat jumlah menu makanan sebanyak sebelum pandemi

"Tapi kalau tetap sisa, ya saya buang. Ada juga beberapa makanan yang masih bisa saya simpan, dan saya sajikan lagi besoknya," papar dia.

Nungki mengungkapkan, ia juga terpaksa memecat dua karyawannya untuk meminimalisir pengeluaran. Sehingga, saat ini hanya ada satu karyawan di wartegnya.

"Saya berharap banget pemerintah bisa memerhatikan pemilik usaha seperti saya dan yang lainnya," harap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com