DEPOK, KOMPAS.com - Pasien 02 Covid-19, Maria Darmaningsih, mengaku prihatin bahwa meski pandemi telah berlangsung setahun di Indonesia, masih banyak orang menganggapnya sebagai aib.
Pada gilirannya, fenomena ini berujung pada pengucilan dan stigma terhadap para pasien maupun penyintas Covid-19.
Maria menilai, pandemi justru menelanjangi betul kemerosotan sebagian orang Indonesia dalam hal kemanusiaan.
"Saya tidak bisa mengerti bahwa kemanusiaan kita malah hilang dengan Covid-19. Harusnya kan malah semakin tinggi tingkat kemanusiaannya. Saya pikir, apa ini pendidikan kita yang kurang atau apa? Belum lagi yang di-bully," ungkap Maria ketika dihubungi Kompas.com, Senin (1/3/2021).
"Memang apa, sih, yang bikin kita sakit? Memang kita yang minta? Saya enggak paham. Orang-orang yang sakit dan sampai tidak mau bilang ke tetangga karena nanti distigma, tidak dibantu, yang begitu-begitu enggak masuk di hati saya. Saya enggak ngerti sampai sekarang," jelasnya.
Maria dan keluarga sempat menerima stigma serupa ketika mereka diumumkan sebagai pasien pertama Covid-19 di Indonesia.
Kala itu, munculnya stigma masih relatif dapat dipahami--meski tidak untuk dibenarkan--sebab informasi mengenai pandemi belum memadai.
Orang-orang masih banyak yang bingung dan gamang terhadap keadaan.
"Kadang, aku pikir, aku konsentrasi saja dengan kehidupanku dan keluarga. Masih banyak, kok, yang sayang. Kalau enggak begitu, bisa gila kalau ngikutin bully-bully-an," tutur Maria.
Baca juga: Pesan Pasien 02 Setelah Setahun Terinfeksi Covid-19: Hargai Napas Selagi Diberi Kesempatan Hidup
Namun, setahun pandemi melanda, Maria tak habis pikir mengapa fenomena pengucilan dan stigma masih saja terjadi.