JAKARTA, KOMPAS.com - Saun (54) telah menggeluti profesi sebagai tukang gali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur selama delapan tahun.
Namun, ia mengaku pengalaman terberatnya menjalani profesi ini adalah pada masa pandemi Covid-19.
"Selama delapan tahun jadi gali kubur, paling berat pas Covid-19 ini,"
Di awal masa pandemi, ia mengaku harus melakukan berbagai penyesuaian prosedur pemakaman.
"Iya kan baru, ya kaget lah, tapi ya sudah kita jalani saja apa yang disuruh. Namanya pekerjaan kita," ungkapnya.
Baca juga: Setahun Pandemi, Ketika Covid-19 Diduga Sudah Ada di Jakarta Sejak Januari
Selain balok dan tambang yang sudah biasa digunakannya, pada masa pandemi Covid-19 Saun menambah satu buah perlengkapan saat memakamkan jenazah, yakni alat pelindung diri (APD).
"Nah, pakai APD itu panas banget. Apalagi kalau lagi siang gitu gerah. Mau dicopot, eh ada jenazah lagi yang datang," jelasnya.
Sehak awal bertugas di pagi hari, Saun sudah harus memakai APD lengkap.
Meski panas menerpa, APD tak boleh lepas dari tubuhnya.
Pulang larut malam
Sejak datang ke TPU Tegal Alur di pagi hari, antrean ambulans sudah didapati Saun.
"Itu ya, kita belum datang, ambulans udah bejejer," ungkap Saun.
Tak berhenti di situ, waktu pulang kerja Saun pun harus molor.
Sebelum pandemi Covid-19, Saun bisa kembali ke rumah sekitar pukul 17.30 WIB.
"Pas pandemi, sampai jam sepuluh sebelas malam masih ada jenazah, ya harus dijalani," jelasnya.
Baca juga: Kisah Zein Makamkan 456 Jenazah Covid-19, Pernah Gali Kubur Sendirian karena Rekannya Takut