JAKARTA, KOMPAS.com - Dari segala penjuru mata angin di Jakarta, mereka datang mengantarkan Herman Onesimus Lantang (80) ke peristirahatan abadinya.
Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, berwarna-warni.
Mereka bersatu dalam kata persahabatan dan penghormatan untuk Herman Lantang.
Mereka mengantarkan Herman Lantang dari Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat.
Mereka pun sudah menunggu Herman Lantang bahkan dua jam sebelum jenazah Herman Lantang tiba di Tanah Kusir.
Mereka tersebar di tengah makam, pinggir jalan, di pinggir rel Tanah Abang-Serpong, dan di tepi liang lahat Herman Lantang.
Balita, remaja, hingga lansia hadir mengantarkan kakek, ayah, om, kakak, dan sahabat Herman Lantang. Mereka adalah para pelayat sekaligus sahabat Herman Lantang.
Baca juga: Pendiri Mapala UI Herman Lantang Meninggal Dunia
Sebagian besar pelayat merupakan para pencinta alam, mulai dari pencinta alam sekolah menengah, pencinta alam dari tingkat umum, sampai pencinta alam dari berbagai perguruan tinggi.
Seragam, badge, dan slayer kebanggaan dipakai para pelayat. Mereka reuni dalam duka.
Pencinta alam dari berbagai latar pekerjaan, mulai dari ojek online hingga jajaran direktur perusahaan, pun datang. Mereka terus berdatangan.
Sekitar pukul 14.00 WIB, peti mati Herman Lantang ditutup.
Jenazah Herman Lantang dibawa dari Rumah Sakit Harapan Kita dan tiba di TPU Tanah Kusir pukul 15.00 WIB.
Peti mati Herman Lantang disambut dengan sigap.
Baca juga: [Obituari]: Herman Lantang adalah Petualangan Itu Sendiri
Cernan Lantang, anak Herman Lantang, dan ditemani pencinta alam lainnya menggotong peti mati Herman Lantang.
Joyce Moningka, istri Herman Lantang, berjalan dengan didampingi sahabat-sahabat karib dari Mapala UI dan pencinta alam lain.
"Ini benar-benar yang luar biasa, penyambutan yang sungguh-sungguh luar biasa. Saya percaya ini semua karena hal-hal yang Bung Herman inspirasikan buat kita semua. Saya melihat kekerabatan, persaudaraan yang luar biasa, kekeluargaan yang luar biasa dari tim pencinta alam," kata Pendeta Henry Walandouw saat memimpin pemakaman Herman Lantang, Selasa (23/3/2021).
Joyce, Cernan, dan Erol Lantang, putra sulung Herman, duduk di depan pusara makam. Erol si sulung tampak tak bisa menahan kesedihan. Matanya merah dan berair.
Joyce memegang erat foto Herman Lantang yang telah dibingkai.
Baca juga: Profil Pendiri Mapala UI Herman Lantang yang Baru Berpulang, Soe Hok Gie Meninggal di Pangkuannya
Sementara itu, barang-barang milik Herman Lantang diletakkan di sebelah liang lahat.
Ada ransel yang digunakan Herman Lantang untuk napak tilas 30 tahun kematian Soe Hok Gie di Gunung Semeru, sepatu boots, dan trekking pole.