JAKARTA, KOMPAS.com - Antusias. Satu kata itu cocok untuk menggambarkan minat masyarakat Indonesia berburu prangko Soekarno-Hatta pada tahun 2000-an.
Para filatelis dan masyarakat rela antre sejak pagi hari.
Retno Harijanti, pegawai Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Jawa Timur turut larut dalam euforia berburu prangko perangko Soekarno.
Retno yang saat itu berusia 45 tahun sudah mengantre sejak pukul 07.00 WIB, di halaman Kantor Pos Malang di Jalan Merdeka Selatan, Kota Malang, Jawa Timur.
Retno berada dalam antrean yang sudah sepanjang 15 meter sejak pukul 06.30 WIB.
Antreannya kemudian mengular sampai areal parkir Kantor Pos Malang.
"Namun saya baru bisa dapat prangko Bung Karno seharga Rp 30.000 dua jam kemudian," kata penggemar filateli itu seperti dikutip dari Harian Kompas.
Baca juga: Menengok Gedung Filateli Jakarta yang Akan Direvitalisasi Menjadi Tempat Nongkrong Kekinian
Kegigihan Retno saat itu beralasan. Retno selalu berusaha mengantre di loket kantor pos setiap peluncuran prangko seri pertama. Baginya, prangko seri Bung Karno jauh lebih tinggi nilainya.
"Selama ini tidak pernah ada prangko seri Bung Karno," ujar Retno.
Retno harus bersaing dengan pegawai Kantor Pos Malang dan 72 filatelis di Malang prangko serta beberapa produk menyambut 100 tahun Bung Karno.
Saat itu, lebih dari 60 persen dari 320 pegawai Kantor Pos Malang ikut memesan prangko seri pertama Bung Karno.
Meskipun demikian, Manajer Pemasaran dan Humas Kantor Pos Malang saat itu, Bambang Santosa menjamin bahwa 60 persen pegawai pos tersebut semuanya filatelis.
Pembelian prangko Soekarno disebut murni untuk koleksi, bukan untuk dijual.
"Artinya mereka membeli prangko Bung Karno untuk koleksi, bukan dengan tujuan dijual lagi dengan maksud mencari keuntungan pribadi," katanya.
Bambang Santosa juga menjamin masyarakat tidak akan kehabisan prangko hanya karena pegawai pos ikut membeli.
Baca juga: Rekaman Sejarah pada Filateli