JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah setahun terbengkalai, bekas longsoran di pinggir Sungai Ciliwung tepatnya di Jalan Haji Said RT 06 RW 02, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan akan ditangani dengan pembuatan bronjong.
Hal itu disampaikan oleh Camat Jagakarsa Alamsah, saat ditemui seusai pertemuan dengan warga dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) di Jalan Haji Said pada Senin (5/4/2021) siang.
“Kami dari peninjauan sepakat untuk menangani tanah yang longsor tadi dengan material banjiran kalau istilah dari BBWSCC nanti mereka akan menyediakan berupa bronjong dengan pasir dalam karung,” ujar Alamsah.
Baca juga: Warga Keluhkan Lambatnya Penanganan Longsor di Srengseng Sawah, Jagakarsa
Menurut Alamsah, penanganan tanah longsor dibuat untuk tahap darurat. Bronjong kawat nantinya akan dipasang dan berisi karung pasir sebagai penahan.
“Nanti dari Suku Dinas Sumber Daya Air juga akan mengerjakan kerjaan dari Kamis kemarin yaitu pembuatan dolken dipasang dan diisi oleh karung pasir,” tambah Alamsah.
Adapun pengerjaan bronjong dengan karung pasir akan dikerjakan oleh petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan petugas Suku Dinas Sumber Daya Air Jagakarsa.
Baca juga: Turap Sepanjang Belasan Meter di Srengseng Sawah, Jaksel, Longsor
Bronjong akan dibangun dengan panjang sekitar 30 meter dan tinggi sekitar 4-6 meter. Pembuatan bronjong akan disesuaikan dengan kontur tanah.
“Ditargetkan selesai penanganan selama satu bulan,” tambah Alamsah.
Sebelumnya, Ade Rahmat (47), warga terdampak tanah longsor di Jalan Haji Said, RT 06 RW 02, di pinggir Sungai Ciliwung, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menilai penanganan tanah longsor di sekitar rumahnya sangat lambat.
Penanganan tanah longsor di pinggir rumahnya itu terkesan hanya janji belaka. Peristiwa longsor itu sendiri sudah terjadi setahun lalu.
“Seolah-olah ada pembiaran tanah longsor dari tahun lalu. Enggak ada tanggapan serius, cuma janji-janji aja. Kami pinginnya ada tanggap darurat,” kata Rahmat di rumahnya, Senin (5/4/2021) siang.
Ia mengatakan, longsor di pinggir rumahnya sudah terjadi lima kali. Awalnya, longsor terjadi pada Februari 2020.
“Awalnya dapat sumbangan dari kelurahan Rp 7 juta. Itu bantuan hanya untuk warga terdampak longsor. Di tahun 2020 itu tiga kali longsor, tahun 2021 dua kali longsor,” tambah Rahmat.
Ia mengaku sudah pernah melaporkan bencana tanah longsor itu lewat aplikasi JAKI. Setelah itu, ada peninjauan dari pihak kelurahan.
“Setelah itu enggak ada kabar selanjutnya. Itu cuma tinjauan-tinjauan aja. Setelah itu lapor JAKI lagi,” ujar Rahmat.
Ia mengatakan, sudah setahun sejak longsor pertama tak ada penanganan serius. Penanganan berupa penguatan sisi tebing Sungai Ciliwung dengan kayu dolken terjadi pada 30 Maret 2021.
“Setahun tahun enggak ditangani. Itu karena alasannya sudah dilimpahkan ke SDA dan BPN,” kata Rahmat.
Tebing Sungai Ciliwung, lanjut Rahmat, sudah berulang kali longsor. Ia mengaku khawatir dengan keadaan longsor di pinggir rumahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.