Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Berdarah di Balik Pembangunan TMII

Kompas.com - 08/04/2021, 18:01 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang merupakan salah satu objek wisata favorit Ibu Kota saat ini, ternyata tidak berjalan mulus.

Proyek yang dulunya disebut dengan nama Miniatur Indonesia Indah (MII) ini diproyeksikan membutuhkan dana sebesar Rp10,5 miliar. MII digagas oleh istri Presiden Soeharto, Tien Soeharto, pada 1971.

Tien terinspirasi dari Thai-in-Miniature di Thailand dan Disneyland di Amerika Serikat, yang mempromosikan kebudayaan dan pariwisata kedua negara tersebut, seperti dilansir historia.id.

"Setelah mengunjungi kedua tempat tersebut, Tien Soeharto menginginkan agar di Indonesia terdapat suatu objek wisata yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan tanah air Indonesia dalam bentuk mini di atas sebidang tanah yang cukup luas,” tulis Suradi H.P. dkk., dalam Sejarah Taman Mini Indonesia Indah.

Baca juga: Cara Rezim Soeharto Meredam Gelombang Protes atas Pembangunan TMII

Penolakan terhadap pembangunan MII

Gelombang penolakan terhadap proyek tersebut muncul dari kalangan mahasiswa yang menganggap MII hanyalah proyek buang-buang uang semata. Mereka menamai diri "Gerakan Penghematan".

Catatan Harian Kompas, Gerakan Penghematan mengatakan bahwa biaya Rp10,5 miliar itu sama dengan biaya yang bisa digunakan untuk membangun tujuh buah kampus sebesar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

"Setiap tahun kita berusaha mencari pinjaman uang dan kalau uang itu tidak ditanamkan pada proyek-proyek yang produktif, maka di masa depan kita bukannya mendapat pabrik-pabrik yang menghasilkan, melainkan hutang-hutang yang makin lama makin besar bunganya," ujar gerakan tersebut.

Baca juga: Inspirasi TMII Datang dari Thailand dan Amerika Serikat

Peristiwa berdarah

Kelompok lain dari Gerakan Penyelamat Uang Rakyat juga melancarkan aksi protes dengan menyambangi gedung sekretariat proyek MII di Jalan Matraman Raya pada 23 Desember 1971.

Mereka membentangkan spanduk “Sekretariat Pemborosan Uang Negara”.

Tak lama setelah aksi bentang spanduk tersebut, sekelompok orang tak dikenal sekonyong-konyong muncul membawa senjata tajam dan menyerang anggota Gerakan Penyelamat Uang Rakyat.

"(Anggota kelompok tak dikenal ini) menyerang para delegasi yang sedang duduk di tangga dengan membabi buta. Tidak lama kemudian terdengar tembakan. Rupanya tembakan ini berasal dari salah seorang anggota penyerang," tulis Harian Kompas.

"Setelah menambak dan menusuk, para penyerang tersebut melarikan diri ke arah selatan gedung. Tembakan yang dilepaskan lebih kurang sepuluh kali."

Baca juga: TMII Diambil Alih Negara, Plang Kemensetneg Dipasang di Pintu Gerbang

Akibat kejadian tersebut, tiga orang peserta gerakan luka-luka, dua di antaranya terkena tusukan belati dan rencong. Sementara itu, seorang lainnya terkena tembakan peluru di pahanya.

Gelombang protes semakin masif

Penyerangan terhadap anggota Gerakan Penyelamat Uang Rakyat tersebut lantas menambah gelombang protes mahasiswa terhadap rencana pembangunan MII.

Antara lain dari organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com