Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Sosok Mbah Priok yang Makamnya Dikeramatkan Warga Jakarta Utara

Kompas.com - 20/04/2021, 08:25 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum pandemi Covid-19, makam Mbah Priok di kawasan Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, selalu ramai didatangi pengunjung yang ingin berziarah.

Tidak hanya dari dalam kota Jakarta, pengunjung bahkan datang dari luar kota menggunakan mobil pribadi atau armada bus yang sengaja disewa untuk sampai di lokasi yang terletak di Jalan Jampea No. 6, Koja.

Siapa sebenarnya sosok Mbah Priok ini?

Catatan Kompas.com, Mbah Priok memiliki nama asli Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Ia lahir di Palembang tahun 1727.

Pada tahun 1756, Mbah Priok atau Habib Hassan bersama dengan Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad pergi ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Mereka berlayar menuju Batavia selama dua bulan dan menghadapi berbagai rintangan.

Baca juga: Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Masjid Bernuansa Betawi yang Tak Sekadar Rumah Ibadah

Konon, berdasarkan legenda yang tersebar dari mulut ke mulut, salah satu rintangan yang menghadang di jalan adalah armada Belanda dengan persenjataan lengkap.

Tanpa peringatan, perahu Habib Hassan dihujani meriam. Namun, tak satu pun meriam mengenai kapal.

Lolos dari serangan armada Belanda, kapal Habib Hassan digulung ombak besar.

Semua perlengkapan di dalam kapal hanyut dibawa gelombang. Yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan.

Baca juga: Masjid Cut Meutia, dari Gedung Belanda Jadi Rumah Tuhan

Terdampar di Tanjung Priok sekarang

Selanjutnya, ombak lebih besar datang menghantam kapal mereka hingga terbalik.

Dengan kondisi yang lemah dan kepayahan, kedua ulama itu terseret hingga ke semenanjung yang saat itu belum bernama.

Ketika ditemukan warga, Habib Hassan sudah tewas, sedangkan Habib Ali Al Haddad masih hidup. Di samping keduanya, terdapat periuk dan sebuah dayung.

Warga memakamkan jenazah Habib Hassan tak jauh dari tempatnya ditemukan.

Sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung yang menyertainya, sedangkan periuk diletakkan di sisi makam.

Baca juga: Sejarah Masjid Cut Meutia, Pernah Jadi Kantor MPRS Sebelum Dijadikan Tempat Ibadah

Asal usul nama Tanjung Priok

Konon, dayung yang dijadikan nisan tumbuh menjadi pohon tanjung.
Sementara periuk yang semula diletakkan di sisi makam terseret arus ombak hingga ke tengah laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com