JAKARTA, KOMPAS.com - Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan nasional, seorang tokoh emansipasi perempuan.
Kartini dianggap sebagai simbol perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak mengenyam pendidikan yang layak.
Baca juga: Kisah Ratu Tisha, Masuk di Pusaran Sepak Bola Tanah Air hingga Dobrak Tradisi
Pada masanya, sikap Kartini itu mendobrak tradisi di mana hanya laki-lakilah yang diperbolehkan belajar setinggi mungkin.
Bicara mendobrak tradisi, di era saat ini, Ratu Tisha Destria adalah salah satu perempuan muda yang melakukannya.
Sampai usia saat ini, yakni 35 tahun, Tisha tak berhenti menapaki karier yang tampaknya sulit dicapai bagi perempuan.
Sejak 2020, Tisha menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Electronic City Indonesia, Tbk.
Saat berkecimpung di pusaran sepak bola Tanah Air, Tisha pernah menjabat sebagai Direktur Kompetisi dan Regulasi di Turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) pada 2016 dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 2017-2020.
Lulusan program FIFA Master (badan sepak bola dunia) itu juga masih dipercaya sebagai Wakil Presiden AFF (federasi sepak bola ASEAN) periode 2019-2023.
Baca juga: Pengakuan Rizieq Shihab dan RS Ummi Bogor yang Tutupi Hasil Swab Positif Covid-19
Terlepas dari segala pencapaian tersebut, Tisha merasa masih perlu berkontribusi banyak di masyarakat seperti yang Kartini pernah lakukan.
"Saya pasti masih jauh dari seperti Ibu Kartini. Hal-hal yang sudah saya bagikan (ke masyarakat) masih jauh dibandingkan apa yang sudah Ibu Kartini lakukan," kata Tisha kepada Kompas.com, Rabu (21/4/2021).
Menurut Tisha, apa yang dicapainya sejauh ini adalah bukti bahwa dirinya punya kemauan besar untuk selalu belajar dan berkontribusi di masyarakat.
"Saya cuma memiliki keinginan dan kemauan yang besar untuk bisa terus berkontribusi pada perkembangan di masyarakat pada umumnya," ucap Tisha.
"Makanya, sekarang saya masih terus belajar lagi di mana pun saya berada. Kalau bisa saya rangkum, dimulai dari sepak bola, tapi kontribusi ke masyarakat pada akhirnya," terangnya.
Baca juga: Kasus KDRT di Serpong, Polisi Diminta Perhatikan Nasib Bayi yang Tak Boleh Bertemu Ibunya
Sebelum berkontribusi di masyarakat, Tisha berpendapat, perempuan pada umumnya perlu mengembangkan diri sendiri terlebih dahulu.
"Karena secara umum, ketika kita mengembangkan diri kita sendiri, ya diri kita sendiri itu bagian dari komunitas yang lebih besar lagi, yaitu Indonesia. Itu yang menjadi fokus saya dari dulu hingga sekarang, tidak hanya ruang lingkup sepak bola saja," katanya.