TANGERANG, KOMPAS.com - Namanya Yahya Edward Hendrawan. Dia adalah seorang guru mengaji tinggal di daerah Pinang, Kota Tangerang. Sehari-hari, Yahya biasa mengajar di Panti Asuhan Darussalam, Pinang, Kota Tangerang.
Namun ada yang berbeda dari cara Yahya mengajar muridnya. Agar anak-anak di lingkungannya mau mengaji, Yahya mengenakan kostum badut setiap mengajar baca-tulis Al-Quran.
Dari kediaman Yahya, tempatnya mengajar tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua.
Kerap kali dia mengajar sembari ditemani putranya, Bacil. Seperti ayahnya, Bacil juga selalu mengenakan baju badut saat Yahya mengajar di panti asuhan tersebut.
Baca juga: Masjid Agung Al-Barkah Bekasi: Dari Surau di Tanah Wakaf Menjelma Miniatur Timur Tengah
Saat proses pembelajaran dilakukan pada Senin (26/4/2021), Yahya mengenakan kostum berwarna biru dan kuning. Sedangkan, Bacil mengenakan kostum berwarna merah dan kuning.
Keduanya tampak mengenakan wig yang berwarna sangat cerah. Tak lupa, Yahya serta Bacil serempak menempelkan hidung bulat berwarna merah, ciri khas seorang badut.
Siang tadi, Yahya mulai mengajar sekitar pukul 13.30 WIB. Mereka berangkat dari rumahnya pukul 13.20 WIB.
Setibanya di Panti Asuhan Darussalam, tampak dua puluhan murid sudah menunggu kehadiran Yahya dan Bacil.
Yahya mengajarkan pelafalan ta'awudz atau isti'adzah (doa untuk memohon perlindungan dan penjagaan) pada kesempatan tersebut.
Murid-muridnya tampak semangat belajar melihat gurunya mengajar dengan ceria.
Baca juga: Pesona Masjid Asmaul Husna, Rumah Ibadah Berselimut Kaligrafi Kufi di Tangerang...
Untuk membangkitkan semangat sebelum pelajaran tiba, Yahya sempat melantangkan sebuah frasa berbentuk pertanyaan.
Frasa tersebut lantas diucapkan kembali oleh murid-murid yang ada agar semangat mereka untuk belajar meningkat.
"Mana suaramu?" tanya Yahya dengan lantang kepada muridnya.
"Mana suaramu?" kata murid-murid itu sama lantangnya dengan Yahya.
Interaksi antar Yahya dan murid-murid itu sesekali dilakukan. Seperti saat Yahya menunjuk sejumlah murid untuk mengulangi pelafalan ta'awudz yang dia ajarkan.