Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Orangtua Murid Tak Bisa Daftar PPDB Jalur Perpidahan karena Suami Karyawan Swasta

Kompas.com - 10/06/2021, 17:58 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harapan Lala (38), warga Pademangan, Jakarta Utara, untuk bisa mendaftarkan putrinya masuk ke SMA negeri pupus.

Lala bercerita, awalnya ia ingin melakukan pendaftaran dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk putri sulungnya melalui jalur perindahan orangtua.

Sebab, dalam kartu keluarga (KK) Lala berdomisili di Bekasi, Jawa Barat. Namun karena sang suami bekerja di Jakarta, ia dan ketiga anaknya tinggal di kawasan Budi Mulia, Pademangan Barat.

Namun, Lala tak bisa menggunakan jalur perpindahan orangtua karena suaminya adalah karyawan swasta.

"Karena bermasalah di domisili KK, suami saya juga kerjanya karyawan swasta, jadi biar ada surat pindah juga enggak bisa," kata Lala kepada Kompas.com, Kamis (10/6/2021).

"Tahun ini diutamakan untuk anak-anak didik DKI aja. Kalau pakai jalur perpindahan orangtua ya itu aja PTO TNI/Polri, karyawan BUMN. Selebihnya enggak bisa, yang swasta enggak bisa," sambungnya.

Baca juga: Masalah NIK dan Data Kependudukan Tak Sinkron, Aduan Terbanyak di Posko PPDB Wilayah II Jakarta Timur

Lala bahkan tak bisa membuat akun PPDB karena Nomor induk kependudukan (NIK) miliknya bukanlah warga DKI Jakarta.

Lala merasa cemburu karena putrinya tak bisa mendapat kesempatan untuk bisa bersekolah melalui jalur perpindahan orangtua.

Padahal, ia sudah mengurus surat dan dokumen lainnya sebagai keterangan perpindahan suaminya.

"Ya cemburu kayaknya mentang-mentang kita karyawan swasta kayak disisihkan, kan suami saya pindah dari perusahaan bukan kemauan sendiri," ujar Lala.

"Pikir saya bisa, ada jalur perpindahan orangtua 'oh ayahnya bisa kali ya', makanya saya suruh minta surat keterangan dari kantor ayahnya, terus minta surat keterangan domisili dari kelurahan, eh enggak tahunya saya salah perkiraan," lanjutnya.

Baca juga: Agar PPDB Jakarta Adil, Ombudsman Minta Pergub Direvisi atau Pendaftaran Diulang

Lala menambahkan, pengalaman kali ini sangat berbeda ketika ia mendaftarkan putrinya ke SMP Negeri tiga tahun silam.

Saat itu, pemerintah masih memberikan kuota bagi siswa yang secara administratif berdomisili di luar Jakarta.

"Anak saya SMP negeri, waktu itu enggak masalah cuma jalur zonasi doang. Masih dapat kesempatan lima persen, dulu bangkunya," ujarnya.

Saat ini Lala masih belum memutuskan ke mana putrinya akan bersekolah.

Sebab, pilihan masuk ke sekolah swasta menjadi beban tersendiri bagi Lala, mengingat biaya yang harus disiapkan tak sedikit jumlahnya.

Baca juga: Kasudin Pendidikan Jaksel Minta Orangtua Datang ke Sekolah Pilihan jika Sulit Daftar PPDB

"Belum kepikiran, entah akan sekolah di sini atau di kampung soalnya kampung saya di Jawa Tengah udah PPDB juga. Makanya berat, satu-satunya jalan sekolah swasta doang," kata Lala.

"Yang paling berat biaya, apalagi saya keluarganya ekonomi ke bawah, terus (sekolah) swasta di Jakarta kan enggak murah. Kalau enggak pintar-pintar ngatur semuanya kemungkinan anak enggak sekolah," tambahnya.

Lala berharap, tahun depan pemerintah memberikan kesempatan bagi putrinya dan anak-anak dengan nasib yang sama untuk bisa bersekolah di DKI Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Megapolitan
Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Megapolitan
Menguak Penyebab Kebakaran Toko 'Saudara Frame' yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Menguak Penyebab Kebakaran Toko "Saudara Frame" yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com