JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyatakan, saat ini sudah ditemukan tiga varian baru virus corona di DKI Jakarta.
Varian tersebut merupakan varian Alpha (asal Inggris), Beta (asal Afrika Selatan), dan Delta (asal India).
"Ada tiga varian yang ditemukan di Jakarta, Alpha, Beta, dan Delta," kata Widyastuti saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (14/6/2021).
Baca juga: Dinkes DKI: Tiga Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Jakarta
Tiga varian tersebut ditemukan di 19 kasus Covid-19 yang sudah dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
Dia mengatakan, mayoritas temuan infeksi varian baru virus corona terjadi pada pekerja migran yang memiliki riwayat perjalanan dari negara lain.
Dari 19 kasus yang merupakan varian baru itu, hanya satu yang diketahui tertular lewat transmisi lokal, yaitu seorang tenaga kesehatan.
Sementara itu, 18 kasus lainnya merupakan kasus impor yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.
Baca juga: Pandemi Covid-19 di Jakarta Memburuk, Tiga Varian Baru Ditemukan hingga BOR Menipis
Namun, hingga saat ini DKI Jakarta belum mendapat informasi pasti riwayat perjalanan orang-orang yang terpapar varian virus corona jenis baru itu.
"Kami belum tahu pasti (perjalanan) berasal dari mana, tapi kalau yang pekerja migran memang ketika datang (sudah) positif," kata dia.
Dari sekian banyak varian baru hasil mutasi virus SARS-CoV-2, varian Delta disebut paling mudah menular.
Varian Delta atau dikenal juga dengan virus corona B.1.617.2 pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak Drastis, Ini Sebaran RT/RW Zona Merah di Jakarta
Melansir nymag.com, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ini adalah varian paling menular yang memicu gelombang pandemi di berbagai negara.
Sejauh ini, varian ini telah merebak sedikitnya di 62 negara, termasuk Indonesia.
Dilansir dari ndtv.com, para ilmuwan dari India menyebutkan, varian Delta disebut 50 persen lebih menular daripada varian Alpha atau varian pertama virus corona.
Itulah sebabnya para ilmuwan percaya itu menjadi varian dominan secara global.